Lagu Puisi, Musik dari Sanubari

Putu Fajar Arcana, Frans Sartono

MENGAPA jika puisi kita dinyanyikan cenderung berkesan sendu dan bahkan seperti mencerminkan dunia yang suram? Pertanyaan itu sebetulnya tidak diperuntukkan pada musik sebagai bahasa pembentuk nyanyian, tetapi mempersoalkan kecenderungan puisi-puisi modern kita yang dipenuhi kemurungan di sana-sini. Setelah era Rendra dan kemudian Sutardji Calzoum Bachri tahun 1970-an sampai 1980-an, dimulai dari Sapardi Djoko Damono puisi-puisi yang lahir dari para penyair, seperti tak henti mendedahkan kemurungan. Continue reading “Lagu Puisi, Musik dari Sanubari”

Gesang, Keroncong Pencatat Zaman

Frans Sartono, Sri Rejeki
http://oase.kompas.com/

Pada musim kemarau tahun 1940 saya melihat Bengawan Solo kering airnya, padahal pada musim hujan airnya berlimpah. Dua keadaan yang sangat berlainan ini memberikan kesan yang dalam sekali bila dihubungkan dengan kehidupan manusia dan alam. Dimulai dengan senandung, saya goreskan pensil pada secarik kertas bekas pembungkus rokok dan terciptalah ?Bengawan Solo?.? Continue reading “Gesang, Keroncong Pencatat Zaman”

Bahasa »