?50% Merdeka? Heri Latief

Gita Pratama
http://sastrapembebasan.wordpress.com/

Puisi bagi Heri Latief adalah alat anti penindasan, di dalam dunia sastra internet selalu ada karya yang memuat isu-isu sosial. Pembaca sastra tidak melulu orang-orang yang ahli terhadap sastra, tetapi juga orang yang mengalami penindasan sosial. Untuk itu puisi seharusnya memuat hal-hal yang mampu mewakili suara hati orang lain (rakyat) bukan melulu suara hati sendiri (ego). Dengan demikian puisi akan dapat menjadi milik umum dan bisa berkeliaran bebas menentukan sasaran. Karya Heri Latief tidak sekedar puisi dengan rangkaian kata-kata indah yang menjual mimpi. Continue reading “?50% Merdeka? Heri Latief”

Pesta Esok dan Tangis yang Meng-crystal

Gita Pratama

Aku hanya ingin bercerita tentang pesta tanpa gaun, pendar lampu-lampu kristal ataupun meja penuh hidangan lezat. Pesta yang membuat semua orang tertawa geram dan tangis tertahan. Di tengah kelahiran, ruang lain justru sedang meregang nyawa, mengurai keringat dari bulir-bulir kenangan yang dingin. Malam ini adalah cerita kematian dari tawa yang sunyi. Dari malam yang sepi tentang kepala botak merah darah. Juga kelahiran dari sepi yang riuh, dari malam yang sibuk bercerita tentang penggalan kepala berhias kata-kata. Continue reading “Pesta Esok dan Tangis yang Meng-crystal”

Riak Telaga di Bening Mata: Perempuan

Gita Pratama
http://www.kompas.com/

Dengan langkahnya yang mantap setelah ia meninggalkan senyum tipis, ia membalikkan tubuhnya dariku. Tapi tak segera kutemukan guncang dipundaknya. Ia meninggalkan malam yang hambar begitu saja. Kemudian langkahnya semakin melebar ketika terdengar ricuhan bintang yang sedang mabuk, menirukan tangis hewan malam yang sengau di telinga. Perempuan itu telah memutuskan untuk memilih pergi dariku, ya.. perempuan bermata bening itu akan begitu saja pergi. Continue reading “Riak Telaga di Bening Mata: Perempuan”