Iman Suwongso
http://oase.kompas.com/
Marina, aku mencarimu di ujung jalan, tempat biasanya kamu berdiri di bawah pohon randu, berpayung warna-warni. Sudah kuhabiskan waktu setengah hari aku disitu, namun bibirmu yang bergincu tebal itu seperti lenyap ditelan debu yang mengepul oleh roda truk. Aku menunggumu bersama burung prenjak, yang menahan kicaunya karena dia takut kehilangan kemerduannya saat kamu melenggang dari tikungan jalan. Sudah aku tanyakan kepada tetangga terdekat di ujung jalan ini, juga kepada kapuk-kapuk yang berterbangan, seperti salju hinggap di rambutmu yang legam. Mereka diam. Lebih bisu dari patung kuda di perempatan jalan itu. Continue reading “M A R I N A”