Indra Intisa * Continue reading “KUBERI KAU NAMA: TUAN. BUKAN FULAN”
MEMBACA MANTRA PADA PUISI “KERANDA”, KARYA TITI AOSKA
Indra Intisa
Sebelum zaman Sutardji–yang melejitkan mantra melalui puisi kontemporernya–sebenarnya mantra telah membumi di masyarakat Indonesia. Membuminya mantra juga merasuk ke relung-relung budaya masyarakat. Bahkan sampai zaman modern sekarang ini. Masih ada. Continue reading “MEMBACA MANTRA PADA PUISI “KERANDA”, KARYA TITI AOSKA”
Puisi-Puisi Indra Intisa
PESTA LALAT
buntut menungging
deru sayap berpusing
di antara onggokan bangkai
lingkaran sampah Continue reading “Puisi-Puisi Indra Intisa”
BUKIT SANGGO INAI
Indra Intisa
Selama ratusan tahun, aku kalian percaya sebagai bukit keramat tanpa pernah bisa kubantah. Selama itulah, aku sering dipuja-puji, diberikan sesajen bagi yang minta-minta, dikirimi doa-harap supaya kaya dan sembuh dari penyakit, dan dihormati layaknya Tuhan. Kalian sering menyebutku sebagai bukit keramat pelindung kampung. Katanya, jika ada orang-orang daerah lain yang berbuat jahat di kampung ini, maka aku akan segera melindungi kampung. Mengusir orang-orang yang berniat buruk. Bahkan kalian percaya jika aku memiliki hunian para dewa-dewi, makhluk halus, Datuk (sebutan untuk harimau siluman; para hunian), dan sebagainya yang setiap saat bisa melindungi kampung. Continue reading “BUKIT SANGGO INAI”
Puisi-Puisi Indra Intisa
PENDEKAR PUISI
cacing kremi berpesta
di anusku: kepala goyang,
kiri-kanan, membunuh
malam yang gelap
mabok tusuk konde
berputar-putar dengan jurus maut
eyang shinto gendeng. Continue reading “Puisi-Puisi Indra Intisa”