DERRIDA: SEBUAH PERAYAAN KEMATIAN LOGOS
Sunlie Thomas Alexander * Continue reading “DERRIDA: SEBUAH PERAYAAN KEMATIAN LOGOS”
Gugatan untuk MASTERA 2006 dan Anugerah Sastra Dewan Kesenian Riau 2000 II*
Yang meloloskan pengertian “Kun Fayakun” dirombak ke dalam bahasa Indonesia membentuk makna; “Jadi, lantas jadilah!” dan “Jadi maka jadilah!”
Nurel Javissyarqi
“A masterpiece always moves, by definition, in the manner of a ghost” (Jaques Derrida, Spectres of Marx).
Lumayan lama tak melanjutkan tulisan, terhitung setengah bulan lebih. Kini menginjak angka 17 nomor saya sukai, bilangannya sama bertanggal kemerdekaan Republik Indonesia tujuh belas, (Agustus 1945). Continue reading “Gugatan untuk MASTERA 2006 dan Anugerah Sastra Dewan Kesenian Riau 2000 II*”
Menelusuri Jejak Pemikiran Derrida
Edi Purwanto
Membaca Derrida tentunya tidak bisa lepas dari konteks sejarah yang melatar belakanginya. Kita juga tidak bisa gegabah dalam memetakan konsep pemikiran Derrida. Sebelum saya memaparkan konsep-konsep Derrida tentang dekontruksi, intertekstualitas, trace dan logocentrisme tentunya saya harus memberikan penjelasan tentang para pemikir yang mempengaruhi Derrida. Dalam pergulatan pemikiran Derrida banyak dipengaruhi oleh fenomenologinya Hussrel dan Heidegger, psikoanalisisnya Freud dan genealogi moralnya Nietzstche. Continue reading “Menelusuri Jejak Pemikiran Derrida”
Dekonstruksi Derrida dan Pengaruhnya pada Kajian Budaya (I)
Zuriati
harianhaluan.com
Dekonstruksi cenderung dilihat sebagai sesuatu yang antiteori dan antimetode. Karena kecenderungan yang antiteori dan antimetode itu, ia mendapat tanggapan yang serius dari berbagai kalangan (ilmuwan), terutama kaum positivis dan kaum modernis. Mereka keberatan dengan dekonstruksi, karena ia cenderung relativis atau bahkan nihilistik terhadap diskursus, sehingga ia dikatakan sebagai intellectual gimmick, yang berarti ‘tipu muslihat intelektual’, yang tidak berisi apa-apa selain permainan kata-kata. Continue reading “Dekonstruksi Derrida dan Pengaruhnya pada Kajian Budaya (I)”