Jafar Fakhrurozi – Sastra-Indonesia.com

December 28, 2017

Kacapiring: Kulminasi Religiusitas Danarto

Jafar Fakhrurozi
kawanmalaka.wordpress.com

Di usianya yang hampir menginjak kepala tujuh, di luar dugaan Danarto masih memiliki tangan emas untuk merautkan cerita-ceritanya di atas kertas. Hal itu bisa kita lihat dan rasakan ketika membaca Kacapiring, antologi cerpen terbaru Danarto yang terbit pertengahan 2008 tahun lalu. Seakan ingin melanjutkan cerpen-cerpen sebelumnya, Kacapiring bagaikan lantunan lagu gambus yang lebih bijak dan berisi. Apa gerangan yang disampaikan Danarto dalam Kacapiring? Continue reading “Kacapiring: Kulminasi Religiusitas Danarto”

July 15, 2014

Matinya Genre Sastra Kritis

Jafar Fakhrurozi
kawanmalaka.wordpress.com

Membaca tulisan saudara dosen Aprinus Salam (AS) yang berjudul Sastra dan Penafsiran Ideologis di Jawa Post, Minggu (09/11), di mana di mata AS, kajian-kajian sastra kini seakan menjauhkan diri dari kacamata ideologis. Hal itu dianggap kontraproduktif dengan realitas sosial Indonesia yang dilanda berbagai krisis. Continue reading “Matinya Genre Sastra Kritis”

January 26, 2010

Sajak-Sajak Jafar Fakhrurozi

http://www.pikiran-rakyat.com/
Tentang Inlander
:Juftazani

juf, inlander itu masih bermimpi
bahwa esok pagi selepas kematian matahari
akan tiba rombongan ababil
mengepung lumbung-lumbung keputusasaan
melempar batu-batu api kecemasan
dan jiwa-jiwa terbakar
habis sudah roh yang berjalan kelam Continue reading “Sajak-Sajak Jafar Fakhrurozi”

November 19, 2009

Sajak-Sajak Jafar Fakhrurozi

http://jurnalnasional.com/
Seseorang yang Berjalan Tengah Malam

pada malam yang runcing
seseorang mengusung hutan di punggungnya
berjalan dari kota ke kota
berhenti di setiap jalan yang terbelah
menggelar kusut wajahnya
dan membiarkan tubuhnya menjadi mangsa
lelehan larva kota di sepanjang malam Continue reading “Sajak-Sajak Jafar Fakhrurozi”

January 12, 2009

Bingkai: Sastra dan Cinta di Reruntuhan Kekuasaan

Jafar Fakhrurozi
http://www.lampungpost.com/

MENINGGALNYA mantan Presiden Suharto disambut beragam oleh masyarakat. Mereka yang berkabung, di koran, misalnya, selain foto-foto yang memperlihatkan tangis keluarga, kerabat, dan kroni-kroninya. Juga menampilkan gambar wajah-wajah dukacita dari sebagian rakyat kecil yang kadung mencintai Suharto. Namun dalam beberapa hari setelah masa kabung itu, demonstrasi massa mulai digelar di mana-mana, mereka menolak berkabung dan terus menuntut proses hukum atas kejahatan orang paling besar di Indonesia itu. Continue reading “Bingkai: Sastra dan Cinta di Reruntuhan Kekuasaan”