Kavellania Nona Pamela
Aku ingin bertanya pada awal surat keduaku ini padamu. Apa kabarmu hari ini Luqman? Maksudku apa kabarnya setelah kau membaca suratku kemarin? Ternyata kau masih saja membisu dan aku pun juga membisu. Kita sama-sama membisu bukan, Luqman? Padahal kerinduan telah dingin menyelimuti diriku sebesar minus derajat sekian. Dingin sekali Luqman, hingga aku membeku dan tak lagi menemukan mantel hangat pada kerinduan itu. Sampai kapan kau akan membiarkanku membeku seperti ini, menyiksaku dengan sayatan rindu pada lembar kisah yang telah memudar dulu. Continue reading “Surat Kepada Luqman 2”