Nurdin Kalim
http://majalah.tempointeraktif.com/
Tak…tak…tak…tak…tak…tak.
Bunyi mesin ketik Brother itu memecah malam. Di meja kerjanya, di sebuah pojok perpustakaan pribadinya, Remy Sylado bergulat dengan tulisan. Malam itu, di rumahnya di Cipinang Muara, Jakarta, Remy berpacu menulis novel terbarunya, sebuah novel yang berkisah tentang sebujur jalan di kota Paris. Novel yang direncanakan setebal sekitar 300 halaman, tapi baru selesai setengahnya. Wajahnya serius. “Saya sedang ngebut agar bisa selesai dalam satu atau dua pekan ke depan.” Continue reading “Yang Bernapas dengan Kata”