Sekadar “Upacara dan Pertunjukan”?

Putu Wijaya*
Kompas, 19 Des 2008

KONGRES Kebudayaan Indonesia 2008 diam-diam berlangsung di Bogor pada 10-12 Desember. Peristiwa yang dicanangkan berlangsung lima tahun sekali itu nyaris tanpa publikasi, baik sebelum maupun sesudahnya. Mungkin karena sudah begitu banyak hal sama-sama bergema sehingga kita semua sudah pekak dan kebal. Atau, peristiwa kebudayaan kembali terbukti bukan sesuatu yang penting di negeri ini. Continue reading “Sekadar “Upacara dan Pertunjukan”?”

Pengajaran Sastra

Putu Wijaya
putuwijaya.wordpress.com

Bagaimana sebaiknya mengajarkan sastra? Itu bukan pertanyaan pertama yang harus dijawab oleh seorang guru sastra. Karena mula-mula yang harus dijawabnya adalah: apakah sastra itu? Kemudian, menyusul pertanyaan: apa yang dimaksudkan dengan mengajarkan? Dapatkah sastra diajarkan? Lalu siapa saja yang hendak dibelajarkannya pada sastra. Continue reading “Pengajaran Sastra”

AIDS

Putu Wijaya
http://putuwijaya.wordpress.com/tag/hiv/

“Momok yang pernah paling ditakuti adalah AIDS,” kata Ami memberikan ceramah, di depan sejumlah ibu kampung. “Keadaan kehilangan kekebalan pada manusia itu sampai sekarang belum ada obatnya.

Disepakati dunia sebagai pembunuh kejam akibat percaulan seks bebas. Akibat berganti-ganti pasangan dan melakukan hubungan seksual yang tidak wajar, khususnya di kalangan kaum homo. Penularannya yang lewat hubungan kelamin dan darah itu, kemudian merebak ke seluruh aktivitas manusia. Continue reading “AIDS”

Yumelda Chaniago: FFI 2007

Wawancara oleh Yumelda Chaniago (Suara Pembaruan) melalui email.
http://putuwijaya.wordpress.com/

1. Dalam list nominee kategori tata musik 4 di antaranya merupakan musisi yg telah dikenal, hanya satu yaitu Bobby Surjadi yg kurang dikenal.

Dgn komposisi spt itu terkesan juri ffi thn ini berusaha mencari jalan aman, agar tdk tertipu spt juri thn lalu dlm kasus ekskul, shg lebih memilih musisi2 yg punya nama. Bagaimana tanggapan mas Putu? Continue reading “Yumelda Chaniago: FFI 2007”

Wawancara Veronita dari IKJ

Putu Wijaya
http://putuwijaya.wordpress.com/

VERO: Mas Putu sejak kapan mengenal teater?

PW:Di Tabanan, Bali, kota kelahiran saya ada 2 gedung bioskop. Nusantara dan Bali Teater. Nusantara kadang-kadang diubah jadi gedung pertunjukan amal untuk mencari dana. Yang dipertunjukan adalah sandiwara yang berlatar perjuangan revolusi. Latihannya kadang di dekat rumah saya, sehingga waktu kecil saya sudah mulai melihat orang berlatih bersandiwara. Saya senang sekali. Tetapi setiap kali TK saya mengadakan pertunjukan, saya tidak pernah terpilih ikut main.Di gedung NUSANTARA (sekarang jadi took swalayan) itu juga pernah main rombongan sandiwara dari Persari Jakarta, dengan artis-artis seperti raden Mochtar (terkenal dalam film Bengawan Solo). Continue reading “Wawancara Veronita dari IKJ”