Entahlah!
tiba-tiba saja
berbincang desa kelahiran. padahal hanya butiran debu yang termenung di pojok rumah ibu. memungut sepi. menjilat pahit ampas kopi.
entahlah. tiba-tiba saja membaca tanah kelahiran. padahal hanya sepotong daun kering yang meringkuk di teras rumah bapak. menjinak sunyi. penabung abu batang rokok yang menyumbat cekung dada. Continue reading “Puisi-Puisi Rakai Lukman”