SUR I NAME

Rinto Andriono

Aku membayangkan derita nenek. Derita yang disandang sepanjang hidupnya. Derita karena deraan rasa ingin tahu! Ingin tahu pada sesuatu yang justru sangat dekat dengannya. Dia tidak ingin tahu isi alam semesta. Dia tidak ingin tahu tentang misteri lubang hitam. Apalagi bintang katai yang jauh di luar Galaksi Bimasakti. Continue reading “SUR I NAME”

Virus Saimun

Rinto Andriono *

Gubuk-gubuk itu berderet di sepanjang tepian sungai. Setiap malam menjelang, gubuk-gubuk itu makin sibuk meremang. Kesibukannya sangat berlawanan dengan dinginnya malam pegunungan. Gubuk-gubuk itu sempit saja, sesempit jangkauan cahaya lampu minyak, namun tempat parkirnya sangat luas, bisa memuat puluhan truk yang mengantri pemuatan pasir dari dasar sungai. Mesin-mesin penggali dan penyaring pasir bekerja tanpa berhenti selama 24 jam, mesin-mesin besar dan boros bahan bakar ini harus diberi makan dari penjualan bertruk-truk pasir. Selain memberi makan perut pemiliknya yang seperti jurang tanpa dasar. Continue reading “Virus Saimun”

Anak Klithih

Rinto Andriono *

Senja sedang kelabu, sekelabu itu pula suasana hati Bowo. Mendung sudah berat menggantung, namun hujan belum juga turun. Begitulah rupa langit semenjak siang, langit sedang bimbang, mau hujan atau tidak hujan. Hati Bowo pun sudah lama di ujung amarah, namun apa daya, dia tidak cukup benci untuk marah namun juga tidak cukup kasih untuk sabar. Hati Bowo mengeras, dia membangun cangkang, menutup segala kesan indera, sekelebat saja kesan perkelahian itu melintas, itu bisa mengubah segalanya. Continue reading “Anak Klithih”

Bahasa ยป