Lebaran, Banyak Orang Jadi Sastrawan Dadakan

Rukardi, Fahmi
suaramerdeka.com

”Seputih kokain sebening vodka seharum bunga ganja teriring pikiran yang melayang. Mohon maaf lahir batin di hari Lebaran mesq sekecil inex …” (08157646xxx)

KALAU Anda seorang muslim dan punya telepon genggam tentu pernah mendapat ucapan selamat Idul Fitri melalui short message service (SMS) selama Lebaran. Entah dari rekan kerja, pacar, orang tua, kenalan, saudara, sahabat, atasan, bawahan, atau teman. Tak ketinggalan, Anda tentu juga berkehendak memberi balasan. Continue reading “Lebaran, Banyak Orang Jadi Sastrawan Dadakan”

Tionghoa dan Subversi Sastra Melayu-Rendah

Rukardi
suaramerdeka.com

SASTRA Melayu-Rendah yang juga disebut sastra Melayu-Tionghoa, Melayu-China, Melayu-Pasar, atau Melayu-Lingua Franca, pernah hidup di bumi Nusantara. Meski usianya tak terlampau lama, sejak medio abad ke-19 hingga tahun 1960-an, telah mencatatkan peran penting dalam sejarah literasi di Indonesia.

Memeringati 80 tahun Sumpah Pemuda, Fakultas Sastra Undip bersama Masyarakat Tjerita Silat menggelar bedah buku, sarasehan, dan diskusi yang mengangkat tema di seputar bahasa dan sastra Melayu-Rendah. Continue reading “Tionghoa dan Subversi Sastra Melayu-Rendah”

Ada yang Salah dengan Sistem Pembelajaran Sastra Indonesia

Rukardi
suaramerdeka.com

Dalam pandangan Putu Wijaya, era 1945 merupakan masa ideal bagi pertumbuhan sastra Indonesia. Saat itu, lahir sekaligus eksponen penyair dan kritikus sastra yang kuat. Sinergi keduanya menciptakan iklim sastra yang dinamis dan progresif.

Dalam hal ini, Chairil Anwar dan HB Jassin menjadi ikon paling tipikal. Chairil mendobrak kecenderungan sastra Pujangga Baru yang penuh dengan bunga-bunga kata. Sajak-sajaknya plastis dan mengusung aforisma. Dia hadirkan realita dalam kata demi kata. Tak hanya itu, karya-karya Chairil juga memberi saham bagi kemajuan bahasa Indonesia. Continue reading “Ada yang Salah dengan Sistem Pembelajaran Sastra Indonesia”

Mengalir seperti Siklus Air

Rukardi
suaramerdeka.com

HIDUP bagi Sosiawan Leak adalah berkesenian. Keseriusan dia menjadi seniman terukur dari deret panjang karya dan bejibun aktivitas. Sejak 1987 puisi-puisinya mengisi kolom sastra pelbagai media cetak di Indonesia. Di luar itu, puisi Leak juga menghiasi lebih dari 25 antologi yang diterbitkan berbagai forum dan festival sastra, baik lokal maupun nasional. Dua antologi puisinya bersama Gojek JS dan KRT Sujonopuro diterbitkan khusus oleh Yayasan Satya Mitra Solo, yakni Umpatan(1995) dan Cermin Buram (1996). Continue reading “Mengalir seperti Siklus Air”