Dasi Abu-abu

Silvia Galikano
http://www.jurnalnasional.com/

Pedagang gulali itu tersipu malu ketika aku tanya berapa umurnya. ?Enam belas tahun?, jawabnya sambil menyapu peluhnya yang mengalir di kedua pelipisnya. Aku terkejut. Enam belas tahun? Otak matematika ku langsung mengalkulasi. 1993! Dengan segera ia menjawabnya, ?Iya?.

Tangan-tangan rampingnya yang hitam cekatan melumuri pinggan panas berdiameter tujuh sentimeter itu dengan gula. Continue reading “Dasi Abu-abu”

“Rahayu” yang (Seharusnya) Tenteram

Silvia Galikano
http://jurnalnasional.com/

Hingga sekarang, urusan cara menyembah Tuhan ternyata masih belum sampai titik.
Selama enam hari, dari 15 hingga 20 Juni 2009, Keraton Kasepuhan di Cirebon Jawa Barat jadi tuan rumah Pekan Seni Budaya dan Film. Keraton buatan abad ke-17 itu jadi pusat perhatian para penggiat kebudayaan Tanah Air, khususnya Cirebon.

Stan beberapa provinsi, meski sangat sederhana, menyuguhkan bentuk seni dan budaya lokalnya. Lukisan kaca khas Cirebon diberi ruang sendiri. Continue reading ““Rahayu” yang (Seharusnya) Tenteram”

Tetap Berpihak

Silvia Galikano
http://jurnalnasional.com/

Dia pernah menyebut generasinya sebagai generasi koma, sementara itu generasi sesudahnya adalah generasi titik. Koma berarti belum berhenti, masih ada lanjutannya.

Senin (4/5) lalu, di Goethe Haus Jakarta, digelar diskusi dalam rangka mengenang 80 tahun Yusuf Bilyarta Mangunwijaya Pr. (Ambarawa, 6 Mei 1929?Jakarta, 10 Februari 1999), atau lebih dikenal dengan Romo Mangun. Mengambil tema Romo Mangun: Antara Sastra dan Arsitektur dengan pembicara Mudji Sutrisno dan Erwinthon P. Napitupulu yang masing-masing mengulas peran Mangun dari sisi kepenulisan dan sebagai arsitek. Continue reading “Tetap Berpihak”

Bahasa ยป