Ketika Semua Berjalan Mundur

Sungging Raga
http://korantempo.com/

Tak ada yang kita tinggalkan kalau kita berjalan mundur….

KALIMAT itu berputar-putar dalam pikiran Ruminah, semacam sugesti yang kuat. Ia mendapatkan kalimat itu dari sebuah buku puisi berjudul Pada Bantal Berasap. Di situ tertulis nama pengarangnya, Afrizal Malna. Siapa ia, Ruminah tidak tahu. Ia hanya menemukan buku itu di atas meja, sepertinya milik tamu ayahnya yang ketinggalan–atau sengaja ditinggal? Continue reading “Ketika Semua Berjalan Mundur”

Perempuan Tua dalam Rashomon (dan catatan penting)

Dadang Ari Murtono
lampungpost.com

PEREMPUAN itu berjongkok di antara mayat-mayat yang hampir membusuk dalam Menara Rashomon. Perempuan yang tua, berbaju kecokelatan, bertubuh pendek dan kurus, berambut putih dan mirip seekor monyet. Dengan oncor dari potongan kayu cemara di tangan kanannya, perempuan itu memandangi wajah sesosok mayat. Mayat seorang perempuan dengan rambut panjang. Continue reading “Perempuan Tua dalam Rashomon (dan catatan penting)”

Kota Ingatan

Sungging Raga
http://suaramerdeka.com/

DI matanya tersimpan ribuan kenangan yang ganjil tentang kota itu. Kota yang sekujur bangunan dan tanahnya ?serta jurang semestanya? kini telah berselimut debu, tak tersisa bahkan reruntuhan secuil nisan pun, semuanya mendadak abu-abu seragam, seperti bangunan sejarah yang menganga, dengan masih menyisakan beberapa helai napas penduduknya. Continue reading “Kota Ingatan”

Selingan Tragedi

Sungging Raga
http://www.lampungpost.com/

“ATAS nama apa mereka turun ke jalan?”
“Atas nama bangsa.”
“Bangsa siapa?”
“Bangsa mereka sendiri.”

Bendera berkibar, jalanan macet. Udara sedikit mendung. Hujan masih tertahan. Orang-orang berselimut amarah, berselimut bahasa yang tajam. Bendera diikat ke kayu, kayu digenggam tangan. Invasi jalan raya, jalan protokol, jalan umum. Continue reading “Selingan Tragedi”