Pertemuan dengan mahaguru sastra HB Jassin dan St. Takdir Alisjahbana
[Bersama HB Jassin di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin TIM]
Djoko Saryono * Continue reading “MENUNTUT ILMU (1)”
Pertemuan dengan mahaguru sastra HB Jassin dan St. Takdir Alisjahbana
[Bersama HB Jassin di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin TIM]
Djoko Saryono * Continue reading “MENUNTUT ILMU (1)”
Indonesia – Prae-Indonesia *)
Sutan Takdir Alisjahbana
Berbicara tentang masyarakat dan kebudayaan baru, yang dimaksud tentu adalah masyarakat dan kebudayaan Indonesia Raya, yakni masyarakat dan kebudayaan yang tergambar dalam hati semua penduduk kepulauan ini, terutama yang mengharapkan tempat yang layak bagi negeri dan bangsanya, berdampingan dengan bangsa lain di muka bumi ini. Untuk membicarakan masyarakat dan kebudayaan Indonesia Raya, pertama sekali kita harus memahami arti Indonesia sejelas-jelasnya, terlepas dari segala bungkusan dan tambahan yang mengaburkannya. Continue reading “Menuju Masyarakat dan Kebudayaan Baru”
Riyon Fidwar *
harianhaluan.com 29 Juli 2012
Sebuah karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Satrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia tergolong oleh status sosial tertentu. Sastra itu sendiri adalah sebuah karya sastra yang dihasilkan oleh manusia (sastrawan) yang bernilai estetikan, dan memiliki medium, yaitu bahasa. Menurut Rene Wellek ada tiga pengulasan tentang sastra (sosiologi sastra), yaitu: sosiologi pengarang, sosiologi karya, sosiologi pembaca. Continue reading “Sosiologi Pengarang Sutan Takdir Alisjahbana”
Ignas Kleden
Majalah Tempo 9/3/2008/hal48–49
SERATUS tahun Sutan Takdir Alisjahbana (selanjut¬nya: STA) dirayakan secara khusus pada 12 Februari 2008. Serangkaian acara lain telah pula disiapkan untuk melanjutkan peringatan itu sepanjang tahun ini (Koran Tempo, 28 Februari 2008). Kita bertanya, apa gerangan warisan tokoh ini untuk kebudayaan Indonesia saat ini, setelah demikian banyak hal dikerjakannya dalam usia yang amat panjang, dan setelah demikian banyak ditulis orang tentang dirinya, untuk menghormati dan mengagumi atau untuk meremehkan dan bahkan melecehkannya. Continue reading “STA: Dari Pengetahuan ke “Weltanschauung””
suarapembaruan.com
Sekitar 20 tahun lalu Koh Young Hun ditantang Sutan Takdir Alisjahbana untuk menerjemahkan karya-karya sastra dari negeri asalnya, Korea Selatan. Tantangan itu kini berujud antologi cerpen berjudul Laut dan Kupu-Kupu. Hun yang berkolaborasi dengan Tommy Christomy mengaku menemukan persilangan dalam khazanah sastra Indonesia dan Korea Selatan. Continue reading “Menemukan Persamaan Lewat Cerpen”