Syahreza Faisal
http://www.lampungpost.com/
MALAM itu, entah angin apa yang membuat dingin menjalar kengerian lagi. Rumahku terasa begitu sepi. Sebelum akhirnya aku lihat ibu keluar dari kamar. Rupanya bapak baru pulang, ia menggedor pintu begitu keras. Tubuh bapak begitu melangkahkan kakinya masuk meruapkan bau keringat. Disusul alkohol membubung ke segala penjuru ruang. Juga masuk ke kamarku. Aku lihat mengintip dari sebilah pintu, kubuka sedikit perlahan. Mata bapak merah. Wajahnya legam kusam. Perut buncit dan kedua tangan kasar, mendorong tubuh ibu. Hingga mundur beberapa langkah. Ibu masih mengenakan mukena pada saat itu, beres ngaos. Tapi ibu malah diam. Pasrah. Bapak menggelengkan kepalanya, pusing karena mabuk berat. Kalah judi dan pasti, ditipu teman-temannya. Continue reading “Buah Api”