Gairah Putri China di Aceh

Teuku Kemal Fasya*
http://www.sinarharapan.co.id/

Putroe Neng seperti hidup kembali. Mitos ini sering tangkup dalam tuturan masyarakat Aceh Utara tentang seorang putri China yang hidup sebelum terbentuknya kerajaan Islam Samudera Pasai.

Ia adalah simbol seks, seumpama Roro Jonggrang atau Ken Dedes dalam Babad Tanah Jawa. Makamnya pun ada di pinggiran Kota Lhokseumawe, berada di sisi jalan trans-Sumatera. Makamnya berpagar tinggi dan menjadi hiasan di depan PT. LNG Arun yang mulai meredup karena kehabisan gas. Continue reading “Gairah Putri China di Aceh”

Plagiat dan Kegersangan

Teuku Kemal Fasya
http://edukasi.kompas.com/

Wajah perguruan tinggi Indonesia kembali biru-lebam. Seorang guru besar Jurusan Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan dituduh melakukan plagiarisme atau penjiplakan tulisan Carl Ungerer, penulis asal Australia.

Menurut pernyataan The Jakarta Post, artikel ”RI as a New Middle Power” adalah copy-paste dari tulisan yang diterbitkan di sebuah jurnal politik dan sejarah di Australia, ”Middle Power: Concept in Australian Foreign Policy” (The Jakarta Post, 4/2). Kasus ini memang akhirnya membongkar praktik plagiarisme sang profesor yang telah dilakukan enam kali (Kompas, 10/2). Continue reading “Plagiat dan Kegersangan”

Revolusi

Teuku Kemal Fasya
http://www.harian-aceh.com/

Revoluci?n debe ser planteada por la sangre y desgarro. Kata-kata ini lebih kurang berarti: revolusi selalu dimunculkan oleh darah dan keringat. Darah dan keringat menjadi bahan baku untuk menciptakan dan mempertahankan mesin revolusi. Dalam bahasa yang tertempel di dinding-dinding kota Surabaya dan Jakarta pada era revolusi fisik dulu tertulis : Revolution or death! Revolusi atau mati. Continue reading “Revolusi”