TS Pinang * Continue reading “Meditasi Joko Pinurbo”
Selamat, Saya Kira Anda Sudah Tiba di Gerbang Puisi!
TS Pinang
Saya kira, saya tidak perlu mendefinisikan apa itu puisi. Berbagai definisi tentang puisi banyak ditemukan dalam buku-buku teks sastra, juga dapat ditemukan dalam kamus atau ensiklopedi. Definisi bersifat membatasi dan klasifikatif. Saya kira, berbagai versi tentang apa itu puisi dapat Anda cari sendiri. Bagaimanapun, saya yakin semua peserta bengkel ini minimal memiliki bayangan atau pemahaman tentang puisi, walaupun mungkin kesulitan merumuskannya. Apapun konsep tentang apakah puisi itu, lambat laun akan kita uji dalam proses kepenyairan kita selanjutnya. Continue reading “Selamat, Saya Kira Anda Sudah Tiba di Gerbang Puisi!”
Sastra Cyber Eksklusivitas Apa?
TS Pinang
facebook.com/ca.fes1
Membaca tulisan penyair Binhad Nurrohmat (BN), Sastra Cyber: Menulis Puisi di Udara (Republika Minggu, 22 Juli 2001), mengingatkan saya pada beberapa tulisan interogatif dan asertif, kadang iritatif, yang muncul menanggapi kehadiran sastra cyber di kehidupan sastra Indonesia kontemporer. Meskipun dalam tulisannya BN juga mengakui potensi medium cyber, kelihatannya BN memposisikan dirinya dalam kelompok yang sinis terhadap sastra cyber dan cuma mengulang asersi-asersi yang telah ditulis orang sebelumnya. Continue reading “Sastra Cyber Eksklusivitas Apa?”
Soal Estetika Sastra Internet
TS Pinang
Republika, 20 Mei 2001
Munculnya beberapa situs sastra di internet belakangan ini ternyata memancing kritik yang cukup serius baik dari para pengamat maupun pegiat sastra itu sendiri. Dinamika di mailing list penyair sendiri ternyata sempat bikin gerah Faruk HT, kritikus sastra dari UGM. Agus Noor yang cerpenis pernah mengungkapkan kekecewaannya terhadap karya-karya cerpen internet yang terpajang di situs www.cybersastra.net. Continue reading “Soal Estetika Sastra Internet”
Sajak-Sajak TS Pinang
http://cetak.kompas.com/
Tangga
satu. kami membiasakan melangkahkan kaki kanan. ini perjalanan yang bisa panjang. kami
menengadah sebab lantai kayu di atas itu telah menunggu. dua. kami melangkah lagi, dengan
kaki kiri. dan di antara pijak satu dan dua, kami mencoba menghafal doa. lalu tiga. kami
bayangkan sungai seribu rupa, di suatu lembah, di surga. empat. lihatlah, betapa banyak yang
harus diingat. dan dalam putaran yang begini padat, mana sempat kami berpindah tempat? Continue reading “Sajak-Sajak TS Pinang”