UNTUK PUISI
Aku masih menyimpanmu pada selembar kertas yang terlipat di sebuah buku milik penyair gagal. Engkau masih baik-baik saja di sana. Mencicip moka. Membaca buku. Meniup rambut yang menutupi matamu dengan bibirmu. Sesekali mengusap layar smartphone. Membuka sandinya. Menggeser-geser bloatware. Menarik panel notifikasi. Kemudian menguncinya lagi. Lama sekali tak melihatmu. Continue reading “Sajak-Sajak Wahyu Hidayat”