Obsesi Yang Tertinggal di Toko Buku

Wahyudi Akmaliah Muhammad

Bagi saya, berkunjung ke toko buku bukan sekedar bertemu penjual kertas dengan isi tinta yang tertuang di dalamnya untuk melakukan transaksi ekonomi, melainkan ruang pertemuan yang mengumpulkan beragam keinginan dan obsesi; rasa penasaran terhadap wajah buku, kemauan mencecap ilmu di dalam buku, meraup pengalaman yang tercecer yang termaktub dalam berlembar-lembar buku, dan perjalanan obsesi “kegilaan” diri seiring dengan bertambahnya umur terhadap buku. Continue reading “Obsesi Yang Tertinggal di Toko Buku”

Imajinasi Kebangsaan HAMKA Dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der WijcK

Wahyudi Akmaliah Muhammad *
indonesiaartnews.or.id

I
SUNGGUH tidak mengenakkan menjadi bangsa yang setengah (baca: blasteran). Di negeri asal ia tak dikenal, di negeri tempat di mana ia tinggal tak diterima. Lebih menyedihkan, perihal dan lakunya yang sekiranya cukup berperan dalam kemajuan negeri, tidak pernah tercatat dalam lintasan sejarah. Continue reading “Imajinasi Kebangsaan HAMKA Dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der WijcK”

Menjadi “Indonesia” lewat Sastra Melayu Tionghoa

Wahyudi Akmaliah Muhammad

Dalam pelajaran bahasa Indonesia di bangku sekolah dahulu saya selalu diajarkan bahwa karya sastra yang termasuk dalam Balai Pustaka adalah genre sastra Indonesia modern, seperti Belenggu, Siti Nurbaya, dan Salah Asuhan. Di luar karya sastra yang tidak tercantum dalam Balai Pustaka bukan bagian sastra Indonesia modern. Dengan kata lain, buku-buku sastra yang lain tidak patut dipelajari, karena bukan bagian dari detak sejarah sastra di Indonesia. Doktrin inilah yang membeku hingga sekarang. Lalu, kategori apa yang digunakan Balai Pustaka untuk menentukan bahwa sebuah karya termasuk sastra Indonesia modern? Prosedur apa yang diterapkan untuk menelisik ke-modern-an itu? Continue reading “Menjadi “Indonesia” lewat Sastra Melayu Tionghoa”

Bahasa »