Kritik Sastra ‘Postmodern’: Kontra Estetika

Yosi M. Giri*
Lampung Post, 24 Mei 2009

SEBUAH karya sastra, dalam wujud apa pun memiliki kandungan yang selalu dibalut oleh unsur-unsur estetis. Tak peduli, siapa pun penulisnya, karya sastra akan dihadapkan pada muatan seni yang ditawarkan secara eksplisit atau sembunyi-sembunyi (implisit).

Di samping itu, unsur imajinatif dan keberbagaian tafsir adalah ciri yang melekat dan pastinya akan selalu ada. Jika tidak ada unsur-unsur fiktif inilah justru karya sastra patut dipertanyakan kesahihannya. Continue reading “Kritik Sastra ‘Postmodern’: Kontra Estetika”

Misi Kesusastraan di Banyumas

Yosi M Giri*
http://www.kr.co.id/

Menarik untuk dicermati pernyataan Rusmiyati ?Sastra Banyumas dalam Kekosongan Budaya? di Kedaulatan Rakyat (Minggu, 14 Juni 2009) menyatakan, sastra Banyumas sudah saatnya mencerahkan dengan menyuarakan dinamika budaya dan kehidupan masyarakat. Pendapat ini pun mendapat dukungan penuh dari A Teeuw yang beribu-ribu kali dikutip dan dipolarisasi sebagai upaya afirmasi lokalitas dalam kesusastraan Banyumas. Continue reading “Misi Kesusastraan di Banyumas”

Konflik Ideologi Agama dan Politik dalam Novel Teguh Winarsho AS

Yosi M Giri *
kompas.com

Jika Solzhenitsyn–melalui karya-karyanya–menyuguhkan gambaran perubahan sosial (baca: masyarakat) di bawah cita-cita komunisme di Rusia sebagai sebuah penolakan terhadap gagasan historical optimism, maka seorang Prameodya Ananta Toer (Pendekar Pulau Buru) justru menyajikan historical truth, melalui Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa yang menggambarkan masyarakat dalam kurun sejarah tertentu beserta perubahan-perubahan sosialnya. Continue reading “Konflik Ideologi Agama dan Politik dalam Novel Teguh Winarsho AS”