Idrus F. Shahab, Mustafa Ismail, Yuswardi A. Suud, Nurdin Kalim, F. Dewi Ria Utari
majalah.tempointeraktif.com
Allah hai do do da idi/ Boh gadong biye boh kaye uteun/ Rayeuk si nyak hana peu ma bri/ Aib ngon keji ureung donya keun. (lirik Do do da idi)
Suara perempuan itu seperti semilir angin: bertiup perlahan, hilang perlahan. Di layar kaca, tubuh-tubuh bocah berjajar rapi, mata dan rahangnya terkatup. Tubuh-tubuh kecil yang tak lagi bergerak, beku, tapi suara Cut Aja Rizka Syarfiza, personel kelompok Nyawoung, mendendangkan sebuah lullaby, satu dendang pengantar tidur, Do do da idi. Kita tahu, Do do daidi bukan lagu sedih. Nada-nadanya bergerak lambat dalam skala mayor, tapi pesannya mendalam: jangan pernah takut pada kematian, jika itu merupakan pengorbanan untuk tanah air. Continue reading “Requiem untuk Aceh”