Mengarai Kata Menyinggasana Puisi

Abdul Kadir Ibrahim
tanjungpinangpos.co.id 02/02/2014

Kata: Akulah Puisi
Sekali lagi kita ajak para pemula dan sesiapa yang sudah merasa sebagai menulis puisi, tetapi mungkin merasa belum berhasil atau mengena, tiada jalan lain kecuali membaca puisi-puisi penyair lainnya yang sudah “jadi” dan selalu membaca dan mengubah secara mendalam puisi yang ditulis sendiri. Penulisan puisi boleh berangkat dari persoalan apapun, tetapi lagi-lagi ia tidak mengangkat persoalan ke dalam puisi sebagaimana faktanya seperti penulisan berita, reportase ataupun laporan. Puisi bahasa “istimewa” seni dan indah. Continue reading “Mengarai Kata Menyinggasana Puisi”

Bulang Cahaya Sembilu Cinta

Abdul Kadir Ibrahim
Riau Pos, 22 April 2012

Tajak Kalam

SELEPAS berlalunya Kerajaan Bintan dengan Raja Wan Sri Benai, beratus tahun lamanya, berdirilah Kerajaan Johor. Semakin ke hadapan, ianya dibukalah Ulu Sungai Carang, Pulau Bintan oleh Sultan Johor, Raja Ibrahim dengan gelar Sultan Ibrahim Syah I, yang dibantu Temenggung Tun Abdul Jamil, sebagai tapak baru, sekira dalam tahun 1673. Continue reading “Bulang Cahaya Sembilu Cinta”

SIMBOLISME PETAK—UMPET

: “MENGUAK—NEGERI AIR MATA” ABDUL KADIR IBRAHIM

Maman S. Mahayana *

Melayu dengan tradisi panjang kesusastraannya, hingga kini tetap kokoh menjadi bagian kesusastraan Indonesia. Dalam peta perkembangan kesusastraan Indonesia, dunia Melayu dengan keagungan ketamadunannya—tidak hanya menempatkan diri sebagai cikal-bakal bahasa dan kesusastraan Indonesia, tetapi juga terus-menerus ikut menyemarakkan capaian-capaian estetiknya. Lihat saja capaian estetik yang dipancangkan Ibrahim Sattah yang kemudian menjadi makin kokoh melalui Sutardji Calzoum Bachri. Dua penyair penting ini, tempatnya menjadi begitu khas, unik, dan nyeleneh sendiri, sehingga posisinya seperti tidak dapat lagi digoyahkan. Continue reading “SIMBOLISME PETAK—UMPET”

Gelombang Puisi Hasan Aspahani

Abdul Kadir Ibrahim
batampos.co.id

Membaca puisi-puisi Hasan Aspahani seperti kita tengah membaca lekuk-lekuk, turun-naik, cekung, beralun-alun lautan yang bergelombang hebat. Terbayang dan dirasakan gelombang dahsyat tengah menuju pantai-gigi pasir pantai atau gelombang kecil di tepi pantai dan semakin ke tengah lautan yang semakin membumbung. Gelombang puisi Hasan Aspahani membuat kita menjadi “mantra”. Continue reading “Gelombang Puisi Hasan Aspahani”

Bahasa »