Akhmad Siddiq*
http://www.jawapos.com/
Tulisan Abdul Waid bertajuk Penulis Berani Mati (Jawa Pos, 9/8/2009) mengingatkan kita bahwa trialektika (dialog tiga arah) antara penulis, teks, dan pembaca tak selamanya berlangsung damai. Kecaman, teror, bahkan ancaman kekerasan fisik bisa mewarnai dialog tiga arah itu.
Sebagai pengalaman pribadi, dalam tulisannya, Waid mengisahkan intimidasi dan teror yang diterima pasca penerbitan buku Sorban yang Terluka. Dalam konteks yang lebih luas, nama-nama seperti Salman Rushdi, Ala Hamid, Nasr Hamid Abu Zaid, Farag Fouda, dan Mahmud Mohammad Toha bisa dijejer sebagai sampel yang menguatkan fenomena trialektika salah arti tersebut. Continue reading “Menulis untuk Pembaca Tendensius”