Alizar Tanjung
Riau Pos, 8 Mei 2011
KETIKA ditanyakan kepada pengarang apakah itu penyair atau prosais bagi dirinya. Beragam jawaban muncul. Mereka mengatakan bagi saya mengarang itu adalah setabung air kopi. Saya meraciknya dengan memasukkan gula, bubuk pekat kopi, mencampurnya dengan air panas, kemudian mereduknya, tinggal candu dan saya menikmatinya. Bagi sebagian yang lain bagi mereka mengarang itu adalah hidupnya. Continue reading “Sebuah Eksistensi Karya”