Cermin

Dahlia Rasyad
http://lampungpost.com/

TERTEGUN di depan krematorium anjing dan membaca selebaran lotre yang melekat di samping etalase, seorang gadis mencoba mengingat urutan digit angka di selebaran itu sambil merogoh saku. Secarik kupon undian bertuliskan “One way ticket to the Nova” terselip lusuh. Ia mendapati sederet angka yang persis dengan angka di selebaran itu. Ia mulai meraba namanya, mencoba memperpendek jarak dan mempersempit waktu, menemukan seorang artis yang selama ini ia cari-cari. Seorang artis yang menjadi idolanya selama ini, yang tak lain tak bukan adalah musuh terbesarnya sendiri. Continue reading “Cermin”

Nyonya Efs

Dahlia Rasyad
http://www.lampungpost.com/

Sebelum satu kesedihan terdalam dari semua kesedihan yang panjang itu mengakhiri riwayatnya, perempuan ini telah kecewa hingga ia berputus asa. Menjadikan kediamannya tak pernah menua, bercumbu pada lain rupa dan bertemu di satu masa. Sebelum ia mengerti satu pengertian tentang kematian, kehidupan adalah luka, yang bekasnya tertinggal dalam perburuan, tepat ketika hasrat mencuat bak lecit-lecit api dari logam tergesek. Rindu. Continue reading “Nyonya Efs”

Bulan Separuh Bayang

Dahlia Rasyad
http://www.lampungpost.com/

SEMENJAK kepergian ayah, ibu selalu menghabiskan malam di kursi goyang sambil memandang pesona bulan dan kesejukan taman. Saat-saat di pertengahan kalender ia sudah duduk di sana sambil membaca novel tua yang romantis. Novel itu, selalu ia ulang-ulangi ke sekian kalinya. Apalagi kalimat-kalimat pembuka di bab-bab yang bukan saja puitis, tetapi mampu sejenak membawanya ke realitas fiksi itu. Bab yang dibuka dengan kalimat seperti ini: Continue reading “Bulan Separuh Bayang”