Memahami Orang Aceh Melalui Peribahasa

Herman RN
Kompas, 30 Mei 2010

BANYAK cara dapat dilakukan untuk memahami karakteristik masyarakat Aceh. Peribahasa dalam sastra lisan, misalnya, menjadi salah satu cara yang dapat digunakan.

Peribahasa adalah salah satu bentuk sastra lisan. Tidak hanya mengkaji karakteristik masyarakat, peribahasa juga dapat menilai, menasihati, dan mengkritik orang lain. Bagi masyarakat Aceh, yang senang menyebut dirinya dengan ureueng Aceh, peribahasa dikenal dengan hadih maja. Continue reading “Memahami Orang Aceh Melalui Peribahasa”

Aceh, PKA, dan UU Hamidy

Herman Rn
http://www.kompasiana.com/pelangi-rn

Kalau ada yang menulis tentang Aceh hingga lebih 50 buah buku, ia adalah UU Hamidy. Lelaki itu lahir Rantau Kuantan, Riau, 17 November 1943. Kendati bukan kelahiran Aceh, ia tahu benar seluk beluk Aceh, terutama bidang sastranya dan terkhusus lagi tentang hikayat-hikayat Aceh. Karena itu, tak salah jika salah seorang ulama sekaligus sastrawan Aceh, Prof. Ali Hasjmy, menggelari Hamidy sebagai “Orang Aceh yang lahir di Pekanbaru. Menariknya lagi, Hamidy mengawali tulisannya dengan Aceh dan tulisan terakhirnya pun tentang Aceh. Continue reading “Aceh, PKA, dan UU Hamidy”

Menjadi Sastrawan Koran

Herman RN
http://blog.harian-aceh.com/

Bertambahnya media lokal di Aceh semakin memberikan peluang kepada masyarakat untuk menuangkan segala gundah; segala resahnya dalam bentuk tulisan. Apalagi, setelah ?zaman batu? penuh peluru yang biasa membungkam telah berlalu dengan selembar ?surat bersampul biru? dari Helisinki. Namun demikian, keluhan menembus media masih kerap terdengar, terutama dari mereka penulis pemula. Continue reading “Menjadi Sastrawan Koran”

Aceh di Mata Sastra

Herman Rn*
http://sosbud.kompasiana.com/

Jika ada yang menyebutkan ?Aceh dan Islam? adalah ibarat dua sisi mata uang, yang apabila satu di antaranya tidak ada maka tak berfungsi mata uang tersebut, di sini saya hendak menisbatkan Aceh di mata sastra. Dalam hemat saya, ?Aceh dan sastra adalah ibarat keniscayaan zat ngon sifeut, kulet ngon asoe, agam ngon inong, langet ngon bumo?. Continue reading “Aceh di Mata Sastra”

Menggugat ?Cabul? dalam Sastra

Herman RN
http://sosbud.kompasiana.com/

Pembicaraan sastra ?cabul? atau ?satra kelamin? sebenarnya sudah lama heboh di Jakarta sejak beberapa karya sastra yang ditulis oleh sastrawan kekinian kerap mendeskripsikan adegan esek-esek. Bahkan, soal sastra cabul atau ada pula yang menamakannya dengan ?sastra kelamin? sempat membuat kalangan sastrawan nasional saling tuding. Sebut saja di antaranya karya-karya Djenar Maesa Ayu, Ayu Utami, Hudan Hidayat, Eka Kurniawan, dan beberapa ?penjaga Komunitas Utan Kayu? yang suka melahirkan cerita-cerita nyentrik. Namun, lambat laun persoalan itu hening seperti ditiup angin. Bahkan, saat ini permasalahan tersebut terkesan mati atau tak dipedulikan lagi. Continue reading “Menggugat ?Cabul? dalam Sastra”