Esensi Puisi Pagar Kenyataan

Khrisna Pabichara
Jurnal Bogor,06/09/2009, Harian Fajar 27/09/2009

KAMI tahu kami makhluk yang kekal. Kami hanya lupa di mana menaruh kunci pagar. Demikian pernyataan TS Pinang—sebagai manusia dengan segala kemanusiaannya—dalam sajak Kekal (h. 51).

Jika Chairil Anwar menyebut dirinya sebagai “binatang jalang” yang ingin hidup seribu tahun lagi, maka TS Pinang menisbahkan diri sebagai makhluk kekal. Hanya saja, kekekalan itu terhambat oleh dua hal, kunci dan pagar. Continue reading “Esensi Puisi Pagar Kenyataan”

MEMBACA LOGIKA, MEMBANGUN “ALUSI”

Kata Penutup Kumpulan Puisi “ALUSI” Karya Pringadi AS
Khrisna Pabichara
http://dusunkata.blogspot.com/

I
“TIDAK mudah menjadi penyair!” Demikian, suatu ketika, tutur seorang penyuka sajak, Damhuri Muhammad, pada sebuah diskusi ringan seputar fenomena bermunculannya “penyair-penyair” di dunia maya. Bagi Damhuri, jika untuk mendapatkan lisensi “penasehat hukum” seorang lawyer harus menguasai banyak hal perihal dakwa-mendakwa atau tuntut-menuntut, seorang penyair pun wajib menapak jalan atau tangga kepenyairan. Continue reading “MEMBACA LOGIKA, MEMBANGUN “ALUSI””

#Koinsastra, Melawan Pembiaran

Khrisna Pabichara
Kompas, 10 April 2011

BERMULA dari kecemasan Pengurus Yayasan Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, lewat Ajip Rosidi, jika hibah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak segera dikucurkan dalam tenggat dua bulan, lembaga itu akan gulung tikar. Kekhawatiran terhadap penutupan lembaga yang didirikan oleh Paus Sastra Indonesia HB Jassin itulah yang mendorong lahirnya gerakan #Koinsastra. Continue reading “#Koinsastra, Melawan Pembiaran”

Bahasa »