Sarie Febriane, Aryo Wisanggeni G
Kompas, 10 April 2011
NYARIS seluruh cerita pendek dan novelnya tak lahir di rumah ini. Bukan apa-apa, kala di rumah, dia lebih tergerak menyapu atau menanak nasi ketimbang menulis. Begitulah Martin Aleida (67), sang sastrawan.
Pagi itu, Martin sudah menunggu kami di mulut gang, sekitar 10 meter dari rumahnya di kawasan Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tubuhnya yang jangkung ramping dibalut kaus polo, celana bermuda, dan bersepatu olahraga. Martin tampak segar bugar di usia lanjut. Continue reading “Perang dan Damai Martin Aleida”