1876, Ruh Puisi Arthur Rimbaud di Salatiga

Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/?p=464

Ruh puisi sebelum dituangkan penyairnya, masih mengawang di langit-langit bathin penciptaan. Betapa menggumuli cahaya rasa itu amat payah. Laksana air direbus di atas tungku dengan nyala api keabadian.

Mematangkan zat-zat pengalaman hingga tiada bakteri tersisa. Dari sana hadir kejelasan awal, tersugesti jiwanya sendiri demi memuntahkan gejolak terkandung lama. Sekelahiran musti, sesudah rindu tak tahan terbebani. Continue reading “1876, Ruh Puisi Arthur Rimbaud di Salatiga”