Bono Emiry
http://www.hariansumutpos.com/
Jeina membenci hujan.
Namun, tangan Hegira tak mampu ia tepis saat menariknya menyongsong benang-benang bening dari langit itu. Tangan itu begitu lembut. Jeina menurut. Mengikuti langkah kaki Hegira ke mana pergi. Sampai di taman melati.
Jeina merasakan hujan menjilati setiap bagian tubuhnya. Tak ada yang luput. Semua basah. Jeina pasrah. Ia tak lagi mengeraskan hati. Ingatan begitu saja luluh. Ia lupa akan benci terhadap hujan yang merampas kilau sepasang mata. Dulu. Saat ia masih begitu polos. Continue reading “Sekuntum Melati Basah”