Nita Cahya
Langkah ragu menyayat kalbu, sambil ku genggam erat jemari Chaila, bidadari sekaligus malaikatku. Aku ayunkan kaki menuju rumah dari anyaman bambu itu, yang masih berdiri kokoh meski sesudutnya penuh kotoran, sarang laba-laba pun berdebu. Continue reading “Tertunduk di Ujung Jari”