Sajak-Sajak Saut Situmorang *

demikianlah

demi arak api di harmonika harry roesli

demi pinggul pinggul kecil bulat para dewi kayangan yang menari di pelangi pelangi alangkah indahmu merah kuning hijau di langit yang biru lebam dihajar popor m-16 anjing anjing kapitalis pascakolonial

demi tetes keringat tukang becak di sebelahmu di jalan polusi menunggu lampu merah kuning hijau

demi birahi istrimu pada tampax bau di akhir meditasimu Continue reading “Sajak-Sajak Saut Situmorang *”

aku bisa saja menulis puisi paling sedih malam ini (Pablo Neruda)

Diterjemahkan Saut Situmorang

aku bisa saja menulis puisi paling sedih malam ini.

misalnya, menulis: “malam penuh bintang,
dan bintang bintang itu, biru, menggigil di kejauhan.”

angin malam berkelit di langit sambil bernyanyi.

aku bisa saja menulis puisi paling sedih malam ini.
aku pernah mencintainya, dan kadang-kadang dia pernah mencintaiku juga. Continue reading “aku bisa saja menulis puisi paling sedih malam ini (Pablo Neruda)”

Globalitas dan Lokalitas Dalam “Membayangkan Indonesia”:

Sebuah Kritik Pascakolonial
Saut Situmorang

Adalah studi terkenal dari Indonesianis asal Universitas Cornell, Amerika Serikat, Ben(edict) Anderson tentang nasionalisme yang membuat kita sadar bahwa konsep “nasionalisme” bukanlah lahir begitu saja dari langit biru di atas kepala, tapi merupakan sebuah realitas yang diciptakan oleh imajinasi di dalam kepala – sesuatu yang dibayangkan, sebuah konstruk kultural. Continue reading “Globalitas dan Lokalitas Dalam “Membayangkan Indonesia”:”

Bahasa »