Weni Suryandari
http://kompas.co.id/
?Bu..untuk apa Ibu menyulam saputangan itu? Sudah malam, Bu!? aku mengingatkan Ibu sambil menutup novel yang kubaca ini sebentar.
Ibu tak menyahut. Tangannya khusyuk meneruskan sulaman berinisial nama Bapak pada sebuah saputangan warna biru. Itu adalah saputangan baru. Semua saputangan Bapak ada 7 lembar. Ternyata ada satu yang hilang entah dimana. Tak kutemukan. Mungkin tertiup angin saat baru kering di tali jemuran belakang sana. Aku ingat, beberapa hari yang lalu memang angin bertiup sangat kencang. Beberapa celana dalam sempat berjatuhan ke tanah. Continue reading “Saputangan Buat Bapak”