TAMPIL CANTIK DENGAN FILSAFAT?

Nurel Javissyarqi*
http://forum-sastra-lamongan.blogspot.com/

Angan yang tampak menarik kabut, bermuatan ruh dari bahasan. Tentu mengambilnya pelahan, agar tak tercecer di tengah penulisan. Judul di atas tercetus, sedari pantulan bukunya Naomi Wolf; Mitos Kecantikan. Di sini saya menggregeti pandangan, dari sekian jarak pemotretan yang terhampar-lapang.

Ini murni membangun kecantikan dari dalam, sebuah arahan yang kudu dilewati, kalau tak ingin perubahan kulit-tubuh menua-mengecewakan. Atau wacana ini diperbaharui dengan fitalitas keberjamanan, untuk tidak mandek di pagar idealitas, yang membelenggu kaki-kaki perempuan.

Membersihkan bak mandi terlebih dulu, agar tak reget mengotori tubuh. Cara tempuh bukan acara panjang-lebar, yang terharapkan mencapai puncak tanpa teleng kepala berbelit-belit, oleh kurang rapetnya saringan -renungan. Padahal duduk sebentar merasai, naluri mengajak nalar pada tindakan pengetahuan, mengambili pendapat tanpa harus berjalan melingkar, ketika yang diharapkan telah ada.

Judul di atas memakan separuh jalan, separuhnya lagi dengan diri yang diterbayangkan. Saat menunjuk patung atas tempaan cahaya, tentu mengetahui letak bayangannya. Atau filsafat itu, gerak tercepat menemukan sesuatu dengan kesuntukan atas langkah-langkah lumrah. Guna aspek keserupaan bisa ditarik dengan lemparan daya duga; permenungan ditambah perasaan, yang diharapkan sebagai dialogis tanpa harus tercebur seluruhnya.

Seekor merpati kipas begitu cantik dengan kodratnya terbang jinak, burung merpati pos sangat menawan sebagai pembalap di lapangan udara. Ini penyatukan pemahaman, maksud keseimbangan bentuk jiwa yang lempeng, bukan tersakiti idealitas tampakan yang menciptakan cemburu -sakit hati.

Pandangan yang menyehatkan tubuh dan jiwa, melalui peranan nalar-perasaan mengelolah bathin ke muka, juga saat terlelap selepas kelelahan bekerja. Maka garis bawah perlu; mamangfaatkan penyelidikan mengoreksi ulang, merevisi tingkah laku hasil usaha, untuk dimasukkan ke kamar hitungan intim menuju keselarasan. Membangun pribadi memacu capaian, ibarat iman itu peribadatan; kecantikan menggali wacana perubahan, antara diri di sekitar laluan hayat.

Memasuki ruang berdandan membawa kesegaran demi pertemuan, maka memperbaiki luaran itu membuang kesempatan tampil bercahaya dengan keyakinan. Yang di depan cermin mawas-diri terawat penglihatannya, nalar serta perasaannya dalam kamar pengantin di hadapan banyak orang.

Tampil cantik menyadari perawatan, tidak terbentuk oleh rutinitas membosan. Berbicara nilai dilestarikan sikap penerimaan; bola mata lentik bercelak sayang, hidung sedap di pandang mencium keindahan. Segala rasa demi keseimbangan menguatkan pendapat, tak terlalu jauh rembentan mata air menuju aliran dialogis makna keakraban samudra.

Bibir pantai berkecupan ikhlas, telinga mendengar rindu ke mula hening malam, merambat ke hadapan kembali. Rambut terurai, jangan lepas sia-sia atas kurang merawat kemajuan. Begitu juga kuku-kuku dibersihkan, meningkatkan amanah imbal-balik rasa syukur. Di sini, boleh memakai lebih dua pandangan, kiranya usia penerimaan itu mematangkan diri bermanfaat. Yang membawa takdir masing-masing di jalan yang diterka sebelumnya, untuk laluan kedirian saat mendapati artian kehidupan.

Yang bersayap maupun yang lumpuh, terbang membawa takdirnya masing-masing. Tentu yang terbaik tampil kedirian sendiri, seperti perkembangan pada tahap kesadaran, ditarik pelajaran dari daya-upaya kerja. Adalah perjuangan merawat kehadiran diri di tengah-tengah keseluruhan beragam.

Akan cantik memahami kekurangan diri setelah berikhtiar bathin menerima, kepasrahan aktif tidak -ngelokro. Memang insan tak bisa seratus persen sadar (dalam keadaan lama), tetapi bagaimana menjaga tingkatan jiwa, agar tidak di jalan itu-itu saja. Sepulang paparan di atas, seyogyanya berdialog mencocokkan impian memanggil harapan, tidak terlena di jalan hayat berserakan makna-makna.

Selalu yang mengisi ruang-waktu lebih berguna, ketampanan mandiri menghadapi soal, sampai jawaban beberapa persoalan terpenuhi tanpa kekecewaan. Ini tameng kebijakan, atas pertarungan yang berhasrat tidak sekadar pelengkap. Jangan sampai kehadiran tidak mencetuskan perasaan lain. Sikap itu atas kekurangan di hadapan daya-guna kejujuran fitrah, sebagai pengarung pada sungai-sungai hayat.

Tampil cantik itu menyadari tradisi menopang bentukan jiwa; di sini wacana perubahan membaca gerak jaman. Kita di samping jalan lain di sebelah, meski kedekatan memiliki pilihan serupa, bukan berarti timbangan berbobot seirama. Adalah kita mengerti diri, dan lelatihan penerimaan-penolakan, menentukan tampilnya filsafat hayati. Dalam segala kerinduan tercapai, atas penawaran diri.

Sedangkan penjajakan berulang, membentuk keayuan sikap sebagai insan berbudi. Kiranya paparan ini nggelambyar, tentu terpegang beberapa akaran yang bergelantungan. Dari sisi mana pun mendaki, bertemu puncak gunung kesamaan, menyungguhi hidup menempuh mimpi oleh lelatihan keseimbangan. Inilah pentingnya tampil cantik dengan filsafat hidup mandiri.

*) Pengelana 2006. 08 Lamongan, Jawa Timur, Indonesia.

One Reply to “TAMPIL CANTIK DENGAN FILSAFAT?”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *