pikiran-rakyat.com
Alun-alun Selatan, 4 Oktober 2006
hari itu
langit menghantarkan sore
penuh debar
bergemuruh di dadaku
berdegup di dadamu
“siapakah yang sanggup
menahan ketukan rindu
di pintu hati yang beku?”
kau telah menghindari jalan ini ribuan kali
dan aku sengaja menyesatkan diri ke balik malam
dan mimpi
tapi hari itu
di sore yang penuh debar itu
air mata
sanggup melubangi batu!
Di Surabaya
di Surabaya
kita pun berjanji
selepas riuh senda Kya-kya*
kesedihan tak ada lagi
biarkan membubung bersama asap dupa
setelah Ampel** kita ziarahi
di Surabaya
kita pun menyadari
kelak
salah satu di antara kita
: pergi ke balik sunyi
*Kya-kya. adalah tempat makan yang hanya buka di malam hari di sepanjang Jalan Kembang Jepun. Dulu bernama Pecinan.
** Ampel. Kawasan tua, tempat penziarahan di mana Sayyid Ahmad Rahmatullah Sunan Ampel–salah satu dari Walisongo–dimakamkan.
Bohemia
aku ada di sini entah mengapa
seperti setiap perjalanan yang usai kulalui
yang selalu saja tak punya alasan tepat
untuk kosodorkan padamu –
seperti udara yang senantiasa kuhirup
namun selalu gagal untuk kulukiskan
aku ada di sini entah mengapa
tapi tolong beri aku kesempatan, sekali saja –
setidaknya sampai aku punya alasan tepat
kenapa aku selalu berpindah kota
sampai kulukiskan udara itu
_____________
Fahmi Faqih, penyair, tinggal di Bandung