Dramatisasi Sajak Sang Rumi

Dewi Irma
newspaper.pikiran-rakyat.com

Empat pemuda berbalut jubah putih duduk bersila mengelilingi seorang berbaju hitam yang menyalakan dupa. Wangi khas pun menusuk hidung, menciptakan suasana mencekam sekaligus khidmat. Sejumlah orang secara bergiliran turut bergabung dalam kelompok itu. Sampai kemudian gerakan takzim diberikan dan mereka mulai menari.

Mereka memutar tubuh seperti gasing. Mereka larut dalam tarian yang didominasi gerakan berputar seraya memainkan gerak kepala dan tangan. Paduan suara merdu selawat, beduk, dan denting keyboard mengiringi mereka, yang menyelingi tariannya dengan meneriakkan sejumlah pesan religius.

Beberapa di antaranya kurang lebih berbunyi sebagai berikut, “Bukan kematian yang membawamu ke kuburan, tetapi kematian adalah jalan menuju cahaya”, “Ketika kau berpaling, kau akan binasa. Ketika belum bisa khusyuk, tetaplah berdoa”, “Tanpa cinta, tidak akan dihitung pada hari penghitungan nanti”, “Kenapa harus takut kematian, aku harus mati sebagai manusia”.

Itulah penampilan Teater Cassanova dengan judul “Sajak Sang Rumi”, yang menjadi penutup rangkaian acara Korma Manis (Kontemplasi Ramadan ala Pemanis) di Kampus STSI Bandung, 3-6 September 2009. Taman depan jurusan teater didaulat menjadi arena pentas outdoor mereka malam itu, Minggu (6/9). Para aktor Cassanova minim melakukan dialog, namun lebih pada memadukan gerak tari. Ya, mereka memainkan tari sema, tarian sufi ciptaan penyair masyhur Maulana Jalaludin Rumi.

Keseluruhan lakon menggambarkan perjalanan spiritual manusia dalam pencarian tuhan dan menggapai kesempurnaan. Aktor dan sutradara Teater Cassanova, Irwan Jamal, mengungkapkan, pementasan itu merupakan bentuk dramatisasi dari sajak-sajak Rumi. Rumi sendiri dipilih karena ia merupakan tokoh penyair dan agama yang mendeskripsikan kehidupan dengan memadukan unsur estetis dan religius secara bersamaan.

Rumi mengajarkan cinta pada akhirnya bisa membawa seseorang mengenal sesuatu secara lebih mendalam dan membawa manusia kepada Sang Pencipta. “Bahwa kita dekat dengan Tuhan harusnya bukan karena takut. Takut pada kematian, neraka, dsb. Tetapi, dekatilah Tuhan dengan cinta layaknya kekasih, karena Tuhan penuh kasih sayang,” kata Irwan, kepada Kampus.

Irwan juga menyampaikan pentingnya manusia agar tetap menjadi “manusia” hingga ajalnya tiba. Dituturkan Irwan dengan mengutip Rumi, manusia dapat menjadi berperilaku seperti hewan atau tumbuhan. Itu artinya manusia bisa menjelma menjadi makhluk dengan derajat di bawahnya. “Harus berusaha tetap jadi manusia,” katanya.

Dalam perjalanannya yang hampir menginjak enam tahun, Teater Cassanova yang berdiri pada 14 Februari 2003, telah mementaskan tak kurang dari 80 pertunjukan teater di berbagai kota. Irwan, yang juga menjabat Presiden Teater Cassanova, berharap Teater Cassanova selalu mengandung semangat jaman dan semangat perubahan. Salah satunya dari pementasan ini, yang diharapkan dapat menggugah nilai-nilai spiritual penontonnya demi menciptakan keutuhan dirinya. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *