Penyu dalam Mitologi Hindu sebagai Lambang Dasar Dunia

Ruta Suryana
http://www.mediaindonesia.com/

Penggunaan daging penyu dalam upacara ritual agama Hindu di Bali hingga kini masih wajib terutama pada ritual tingkatan besar atau utama. Bahkan daging penyu tidak bisa digantikan dengan daging hewan atau binatang lainnya.

“Dalam Sastra Hindu atau bhisama (fatwa) Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) disebutkan bahwa untuk upacara tingkatan besar atau utama wajib menggunakan penyu,” kata Ketua PHDI Provinsi Bali I Gusti Ngurah Sudiana di Denpasar, Selasa (15/12).

Jenis upacara yang mengharuskan penggunaan daging penyu antara lain Pedudusan Agung, Ngenteg Linggih, Eka Dasa Rudra, dan Panca Bali Krama yang di dalamnya ada ritual pecaruan agung.

Menurut Sudiana, tingkatan ritual besar tidak selalu harus Puranya yang besar, melainkan lebih ditentukan oleh jenis dan tingkatan upacaranya. Penyelenggaraan upacara tidak bisa ditentukan dan berapa kali terjadi atau berapa ekor penyu yang dibutuhkan dalam setahun.

Sebab, ujarnya, periode waktu maupun momennya berbeda-beda. Misalnya ada upacara yang datangnya 10 tahun sekali, lima tahun sekali, bahkan ada yang kurang dari setahun sekali.

Teknis penggunaan penyu dalam ritual tidak jauh berbeda dengan penggunaan hewan lain seperti sapi atau kerbau. Bagian kepala, ekor, dan sirip dibiarkan utuh, sedangkan dagingnya diolah menjadi bahan sesajen dalam bentuk sate, lawar dan lainnya.

Hewan yang dijadikan caru dalam yadnya, kata Sudiana,nantinya tingkatan rohnya dipercaya akan naik lebih tinggi. Dengan demikian pengggunaan penyu dalam hal ini bukan pembantaian demi kesenangan manusia.

Ia menjelaskan, penyu digunakan dalam upaca ritual tertentu karena memiliki makna khusus. Dalam mitologi Hindu, penyu disebutkan sebagai penjelmaan dari Betara Wisnu (Tuhan dalam manifestasinya sebagai pemelihara alam).

Penyu pula yang menyangga dunia sehingga terjadi keseimbangan dan keharmonisan alam. Itu pula sebabnya, persembahan penyu dalam upacara dimaksudkan untuk menjaga alam selalu dalam keseimbangan dan keharmonisan. “Jadi dalam mitologi, penyu dilambangkan sebagai dasar dunia,” ujarnya.

Meski demikian, tidak semua Desa Pekraman (Adat) di Bali yang jumlahnya 1.479 menggunakan daging penyu sebagai syarat mutlak ritual upacara amanya. Pasalnya dresta (aturan adat) yang berlaku di setiap Desa Pekraman tidak selalu sama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *