ELEGI SANG BURUNG MERAK
:WS. Rendra
duka telah mengeram
menjadi borok
menggumpal kepedihan
aku membuyarkan air mata
dari sumur hatiku
kala sayup kudengar tasbih sakaratmu
aku yang terhijab ruang waktu
tak sanggup berdiri di sisimu
hanya mendampingkan doa
di degup jantungmu yang kian terputus
-putus
ah, aku lebih terhentak
berteriak dalam gelombang tangisku
saat tubuhmu kau biarkan menguning
dan ruhmu kembali pada kesucian cahaya
sungguh, tiada lagi yang bercerita padaku
tentang balada-balada orang tercinta
tentang nyanyian sumbang penduduk kota
aku rindu suaramu
aku rindu,
pada siapa kan kusentuh
indah bulu emasmu
aku coba menggumpalkan luhku
mengubahnya jadi batu
mengukirkan kata
sekadar mengeringkan luka,
dan aku sempat berkata;
terbanglah
kabarkan senyummu di sana
padaku sang penabur bunga
walau hanya lewat sajak belaka
Kendalkemlagi, 2009
MATA AIR WAKTU
tumraping ilmu
dadi ugemane laku
nintingi ukoroe jagad
kang sinawang pucat;
gumantung ing rong mongso
rendeng lan ketigo
enom lan tuwo
rerintik hasrat sore tadi
telah membasah tanah puitika yang sekarat
tempo hari
menjelma roh dalam jiwa-jiwa lunglai
laksana jati di tengah kemarau terhujani
aku menyaksikan diriku
mengeja waktu
melukiskan jejak burung
di kepalaku
tiba-tiba saja aku meringsut
membiarkan hati keriput
setelah tak kutemukan setetes air pada gerimis
setelah tak kucium kering tanah pada panas cahaya
sementara, dari jauh
kupandangi daun-daun bibirmu yang semakin pucat
tak tersentuh bening sungai batin merambat; asat
dan perlahan aku mulai mengikat
benang merah yang nyaris tak terlihat
mata mataku
antara kau dan tanahmu;
adalah kau mata air waktu
Kendalkemlagi, 2009
SELAMAT DATANG RAMADHAN
ahlan wa sahlan ya ramadhan
sungguh mulia
kau telah membuka kembali gerbang gapura
untuk aku yang berselimut luka
bersimbah darah-darah dosa
selamat datang ya ramadhan
telaga maghfirah yang kau hamparkan
begitu mengusik batinku
untuk menyucikan najis hadatsku
lihatlah, aku yang terbius
kemilau bening airmu
menanggalkan gaun-gaun malamku
jubah-jubah kusut kemanusiaanku
lihatlah, perlahan aku
mengayun langkah, tenggelam di kedalamanmu
membasuh air mata tasbih
pada goresan-goresan lalai
semakin larut hening yang kurasa
semakin luntur kesombongan wajah
hingga butir-butir luhku
menjelma melati pada tanah ini
pada hati yang nyaris mati
ahlan wa sahlan ya ramadhan
aku bersalam untukmu;
ahlan wa sahlan ya imam
kau balas salamku dan seluruh
Kendalkemlagi, 2009
DALAM RASA TERPENDAM
ada tumbuhan paku
di setapak jalanmu
berlumur bisa
yang tak sanggup diterka
mengukir borok atau sebatas goresan
hanya engkau yang tahu kedalaman
merenungkan tusukan
dalam rasa terpendam
ada yang konyol padamu
berlari-lari menelanjangi kaki
menghujankan butir-butir darah
dari denyut nadi sendiri
sementara, aku di seberang
terlihat khusuk mengalaskan terompah
mimilih sela
nyaris melangkah!
Kendalkemlagi, Oktober 2008