http://sastrakarta.multiply.com/
WISATA DI ATAS SEPUCUK DAUN CEMARA
Di atas sepucuk daun cemara yang melayang-layang
jauh di pusat kesenyapan aku tidur telanjang bulat
selama sepuluh abad tanpa diganggu impian-impian
tetapi begitu terbangun kulihat seluruh permukaan
bumi terbalut embun berwarna merah darah dan
anak-anak kecil berwajah bengis bermain-main
tanpa gairah dan orang-orang tua sibuk
mengucapkan mantera-mantera berusaha
mengubah dunia ini menjadi neraka dan
binatang-binatang berlomba memukul-
mukulkan kepalanya di atas batu-batu
dan air di sungai-sungai mengalir
dari hilir ke hulu. Aku
tersedu-sedu
menyembunyikan wajah
di balik gumpalan kabut
yang pekat namun tetap tak
mampu menghalangi pandangan
mataku.
Cuaca.
Kelam.
Tiba-tiba matahari mengempes
makin lama makin kecil
akhirnya tinggal sebesar
butiran pasir lalu jatuh
ke samudera menjadi mutiara
dan ikan-ikan hiu berebutan
memakannya. Eh, siapa yang melompat-lompat
dari pucuk gelombang ke pucuk gelombang menyeret
seluruh beban umat manusia tubuhnya jernih bagaikan
cahaya berambut gondrong mirip seorang rocker
berteriak-teriak ke arah delapan penjuru angin
mengemukakan fatwa-fatwa entah apa manknanya dan
ia terus berteriak-teriak sampai pita suaranya
pecah dan mulutnya memuntahkan darah
lalu menangis kelelahan
sepanjang sejarah?!
Yogya, 1990
WANITA MALAM
Wanita cantik
Membangunkanku
Larut malam
Dia masuk
Dari mana
Tak kutahu
Padahal
Semua pintu
Kukunci rapat
Sebelum tidur
Dengan tubuh indah
Bibir merekah
Buah dada segar
Pantat bahenol
Paha: Masya Allah!
Dan keringat berbau
Mawar
Dia merangsang
Seleraku
Untuk begituan
Eh,
Kebetulan
Dia menyerbu duluan
Dia sangat bernafsu
Lebih-lebih aku sampai aku
Lupa
Melepas celana
Setelah berlangsung sepuluh ronde aku
sudah sangat loyo dan penyakit encokku kumat
lagi tetapi wanita itu tetap segar bugar wajahnya
makin bersinar-sinar sehingga aku merasa malu bukan
main. Dengan napas masih terengah-engah aku meminta
ma?af dan dibalas dengan senyum penuh pengertian. Aku
pun berujar, “Biasanya setiap wanita yang begituan
denganku selalu mengakui keperkasaanku,
tetapi kamu tadi tidak satu kali pun bisa kubuat orgasme,
bahkan
kau bikin aku Knock Out. Siapa sih kamu?”
Dan sunyi
mencengkeram rauangn.
Angin berdesir kencang.
Wanita itu menjawab, “Aku adalah dirimu.”
Yogya, 1990