Puisi-Puisi Amien Wangsitalaja

The End of Capitality

lagi-lagi
aku ditampar oleh logika kapitalisme

seorang kawan
ingin berkonsultasi tentang rindu
ia mendatangi banyak syeikh
dan tak pernah bisa bertemu

pada puncak pencariannya
ia berkabar
?bila kau
tidak bisa menemu seorang syeikh
belilah seorang syeikh?

kemudian
kawanku tidak pernah lagi
sakit rindu

Toko Buku vs Kota

seseorang
sebab asa ketuhanan
mendengkur
di sudut teka-teki
referensi-referensi glamour

ini kotaku
terbaca oleh atlas kumal
beberapa ruasnya
menyisa tembok tua
yang mengelupas
berberita sejarah pemikiran
kaum selebriti urban
yang etis dan pendendam

dari sebelah labirin rak
selembar kertas tanggal
dan terlempar
tepat di traffic light
lampu kuning
amsal dinamika kota
dalam percepatan komunikasi
dan silaturahmi seluleri
tidak hidup
tapi hidup

(aku membuka literatur
kaidah fiqhiyah yang rumit)

sore berselimut asap dan oktan
dan suatu bacaan
perihal seks yang nyinyir
atau politik yang slapstik
memerdekakan imajinasiku
berkhalwat dengan hantu

wahai
siapa membuka pintu tasawuf
siapa memuja pagar demokrasi
siapa berbekal ilmu transaksi
meneror inspirasi laki-bini?

sementara orang memendam
hasrat untuk kaya-raya
aku sempat membunuh majikan
di sebaris fiksi
berjudul ?okultisme dari utara?
atau ?kapitalisasi yang adolesen?

ini kotaku
merdu semata
dalam ensiklopedi

Kretapi

aku beroleh inspirasi
dari seorang wali yang naik kretapi
katanya: kretapi tak membawamu
ke mana-mana
karena kretapi pergi pulang melulu
dari mana kembali ke mana

karenanya
dan karenanya
jika engkau hendak belajar pekerti
janganlah ambil ibrah
pada rutinitas
dan kuantitas pulang pergi
tapi ambillah ibrah
pada setianya
setianya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *