http://www.korantempo.com/
MITOS TANGGA
kepada langit kau bertanya bagaimana caranya pergi ke sana tak ada angin mau membantu menerbangkan dirimu kau terlalu berat seperti serbuk sari yang enggan lepas dari inangnya tak hendak dilayangkan ke padang lain agar di sana tumbuh juga bunga-bunga tak ada awan mau meminjamkan dirinya sebagai sayap-sayap karena kau akan mengawan menumpahkan hujan saja dari hari ke hari kau tetap bertanya bagaimana caranya sampai di tempatmu duhai Langit Yang Maha Biru lalu Dia menyuruh angin berbaris berundak-undak dan awan mengisi setiap rongga di selanya dan kau melangkah menaikinya dengan ragu yang begitu…
(2009)
LUKISAN KALI DAN POHON TUA
akankah kita bertemu dalam ricik air kali
di belakang rumah, saat arusnya tak pernah
mengizinkan kita mengalir sebagai daun
yang jatuh dari pohon tua di sisi tubuhnya
akankah kita terjalin sebagai dua arus kali
yang berdebur suaranya sepanjang malam,
ketika derik jangkrik melarang kita bicara
dan pohon tua menjerat kita dengan belit
akarnya
(2009)
DI DALAM SAJAK
engkau terbaring saja
ketika kata demi kata mulai masuk
dan larut
di dalammu
hening masuk dengan menyusup
luka datang dengan tertawa
sepi hadir begitu saja
engkau diam
begitu tenang, seperti sangat menikmati
saat-saat mereka mulai saling mengenal
dan meleburkan diri
kadang luka yang keras kepala
tak mau mengalah
hingga engkau menjadi pekat dan kental
merah seperti darah
kadang hening membawa serta kawanannya
yang terlalu ramai
engkau menjadi pucat dan masai
tapi sepi tak berminat
untuk berebut tempat
sajak, engkau begitu ringan
seperti bulu-bulu angin, bening
seperti uap hujan
tapi O sajak, cahaya matamu
selalu rahasia
ataukah aku
yang tak pandai membaca?
(2009)
Bernard Batubara lahir di Pontianak, Kalimantan Barat, 9 Juli 1989. Sedang belajar di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.