Kelahiran
dan mungkin untuk selamanya
waktu mengeras di kabut dingin
sedingin kematian
di dadaku yang hening
waktu yang asing untuk sebuah impian
tapi begitu dekat, begitu menyekap
dan aku mengakrabinya
seperti mengakrabi air mata:
sesuatu yang mungkin tercipta
untuk tanahnya sendiri
tanah yang sepi dan abadi
tanah di dadaku ini
jogja, 2009
Di Luar Jendela
di luar jendela
suara berlagu
di luar waktu
di dasar jiwa
seperti suaraMu
yang mungkin hanya lewat
bertalu-talu
mengetuk pintu yang berkarat
ada tangis, namun tidak air mata
ada iba, tak kunjung terbalas sapa
lalu kamar kotor ini
dan kabut yang memberat di mata
hanya tinggal mimpi
tuhan, tinggal sebak di dada
jogja, 2009-2010
Alienasi
dalam cahaya, adakah kau lihat mimpi itu
dalam kerling mataku
suara, adakah kau mendengarnya
antara diam dan berkata-kata
antara terang dan hitam cuaca
sesuatu tak mungkin terjadi, kekasihku
dalam sepi yang menyendiri
sebab pada ketakpastian
segalanya berasal
jogja, 2009
Dari Lukisan Anak Pantai
-teruntuk anak bangsa
aku ingin keluar dari lukisan ini
melihat-lihat pantai yang ramai oleh pedagang
dan berbincang-bincang dengan para nelayan
sudah suntuk rasanya aku mematung diri
di tengah pantai kota di mana pengunjungnya
hanya orang-orang bercawat dan berbeha
yang tidak menganggapku manusia
hanya karena pakaianku kumal dan asalku nusantara:
sebuah negeri yang dulu pernah punya bandar-bandar besar
dan kini telah dilenyapkan
aku sudah bosan mencium bau tanah
yang melekat di kulit dan pakaianku;
bergumul dengan waktu yang kian menarikku ke lubang langit
memendam seluruh kenangan dan peluh kuning nenek moyang
aku tak sudi selalu dianggap anak kecil
yang gampang dibuat senang, sementara dukanaku menganga
aku tak rela bila kerap dibuat terlena oleh berlian-berlian
yang hanya membuatku buta
aku ingin merdeka dari bayang-bayangku sendiri
meski akhirnya aku terasing, aku ingin keluar dari lukisan ini
melihat-lihat pantai yang ramai oleh pedagang
dan berbincang-bincang dengan para nelayan
jogja, 2009
Perantau Di Jalur Bantul-Sleman
-untuk anak-anak kutub
selalu, di jalan ini
orang-orang tak pernah selesai
melantunkan lagu-lagu kepahlawanan
wajah-wajah ranum bersungging sepi
memendam luka dalam diri
tubuh-tubuh ringkih setengah baya
meremah mimpi dan rahasia
mereka datang dari seberang yang jauh
dengan seribu bayang-bayang tentang kota tua
yang menjanjikan damai buat semua orang
mereka datang dari masa silam
berbekal peluh dan impian
demi kampung halaman, katanya
dan sketsa bangsa
yang tak harus selalu merasa kalah
demi kenangan pahit
orang-orang yang diperbudak rasa sakit
jalan ini senantiasa menjadi saksi
betapa hidup terasa asing
untuk sebuah impian:
segala yang datang, datanglah
segala yang berlalu, sudahlah
hari-hari mengalir begitu saja
bantul-sleman telah jadi halaman
atau catatan perjalanan
yang semoga tak hanya kekal dalam ingatan
jogja, 2009
*) Dari buku Antologi Puisi ?Mazhab Kutub? terbitan PUstaka puJAngga 2010.