http://www.suarapembaruan.com/
Puisi Cinta untuk Valentina
Kekasihku Valentina
Kaurebahkan kepalamu di bahuku
Saat kita berjalan di atap malam
Menuai mimpi, menebarkan pengkhianatan
Pada malaikat dan bidadari
Cinta kita tertambat pada sunyi
Meski ribuan kisah menghujani dengan gerimis
Darah masih terus mengalir pada kerinduan maya
Pelukanmu hanya kutukan hantu
Di siang hari
Valentina kekasihku
Malam ini terasa dingin
Terasa kaku seperti cinta kita
yang tak pernah sampai pada laut
mungkin angin akan membawa kita pada sebuah
peristiwa
dimana malam tak lagi gelap
cinta tak lagi membutuhkan makna
atau kerinduan hanya sebatas tanda koma
Kekasihku Valentina
Kau rebahkan kepalamu di atas bahuku
Yang telah menjadi batu
saat kerinduan ini lebur pada siluet mimpi
Sby, Feb 06
Mungkin Kisah Kita
Mungkin kisah kita telah jadi legenda
Kenangan di atas menara gereja
Hanya sebatas tiupan lonceng tanpa pendeta
Teriakan-teriakan laut
seperti doa-doa sepi tanpa abjad
Misa di altar gereja
Adalah sebuah perkampungan biru
Dimana pasir-pasir terbang
Menyesaki otakku
Menjejali mimpi-mimpi dengan vodka dan darah
Mungkin kisah kita telah membatu
Yang ditempeli lumut-lumut hijau
Berjejer melewati langit dan pelangi
Mengubah malam di sisi matahari
Pikiranku tak lagi menceritakan mimpi
Hanya kemunafikan yang tumbuh
Menggamit lelah di antara jalanan terjal
Merebahkan lebam biru menara tua
Sampai bulan bukan lagi milik malam
Sby, Feb 06
Kampung Bukit Baru
malam ini kubaitkan mimpiku pada kematian
seperti rindu yang ku tenggak sore tadi
saat gerimis mulai menorehkan sayatan pelangi
dan kunang-kunang mendengungkan suara-suara
pelayat sunyi
entah kapan terjal menjawab gelap
Dendam ini semakin tak terpagutkan
merebahkan malam di atas rentetan darah bidadari
Mungkin kesunyian akan berakhir
di ujung bibir gelas sampanye
Seperti kampung yang tak pernah lapuk termakan
kecantikanmu
hanya siluet kelambu yang mampu menghujani
mimpi dengan kematian tanpa darah
Pesonamu lebih mengerikan dari sayatan kecil
berujung nanah
bahkan pelangi menatap ngilu seluruh deras
kau tawarkan kampung dengan sejuta doa
sampai terseok menatap cerca tawar matahari
roncean malam tak kau hiraukan
kau tembus segala kemuskilan
di tengah bukit baru penuh lampu warna warni
Mungkin usia kita tak lagi panjang
hanya bulan yang menunggu senja datang
Sby, Feb 06