Puisi-Puisi Diah Hadaning

http://www.suarakarya-online.com/
Yogya Sebuah Pertanda

dalam bayang karakter nawa
telah terbaca satu pertanda
raibnya sebuah tiara purba
raibnya nyawa -nyawa
syairmu teronggok di sisa runtuhan rumah tua
lepas fajar di yogya
mencari lembar sejarahmu
untaian merjan bumi mataram
kidungmu kidung sarira hayu
mantramu sastra binedhakti
caraka balik lumat batu akik
o, wong sidik

simak angka-angka biarkan bicara
bulan mei hari kedua puluh tujuh
di tikungan jaman penuh ontran-ontran
tangan gaib gusti pangeran
menepuk bumi kesayangan
saat jiwa rindu kehadiran
sang danyang gaib pulau jawa
sabdo palon menagih janji
bukan dosa bunda pertiwi
jika teraju emasku: seonggok kayu
jika taman sariku: abu
jika rumah tuaku : serpih sembilu

Teratak Gondosuli, Juni 06

Lepas Subuh di Bumi Raja I

saat jiwa tergetar menatap gunung wingit
sementara doa tak henti sentuh langit
laut menghardik
bumi terbadik
dusun tua tercabik
rumah kuna luluh kumuh
sisakan serpih tak lebih
fajar kehilangan cahaya timur
mengiring raib nasib dan umur
satwa kehilangan nuansa
dusun dan kota kehilangan tanda
manusia kehilangan daya
yang sisa tumpukan luka

seseorang menangis di bawah gapura
keluh dipatri di cakrawaladoa mengeram di dada
memanggili nama sang raja
mencari kaki pelangi di langit kota
pelangi tiada- terhela getar gempa
seseorang melompat:
kita belum sekarat
dunia belum kiamat
zikirkan ha na ca ra ka !

Teratak Gondosuli, Juni 06

Lepas Subuh di Bumi Raja II

wajah -wajah pias masih termangu
sisa subuh warna abu
prahara kota prahara jiwa
luka tanah luka manah *)
mimpi perubahan yang tercacah
seorang lelaki tua terpekur di ujung desa
coba memeras air mata
sisa diri masihkah makna
denyut nadi denyut langit tak sahuti
masih terdengar bisiknya santun
hati-hati dalam runtun :
adakah andika **)
yang selancar di lempengen australia
adakah andika
sedang punya hajad raya
adakah andika
tak menerimaku yang terlalu tua
menugasiku bersaksi pada dunia
lelaki tua terguguk
bumi raja benteng lapuk
hanya angka yang bertumpuk
pesan gaib jelang magrib :
kuat iman usah ngamuk !

Teratak Gondosuli, Juni 06

Catatan:
manah (*) = hati
andika (**) = Ratu Kidul

Diah Hadaning tinggal di Cimanggis, Bogor. Karya-karyanya, baik puisi, cerpen maupun esai tersebar di berbagai media. Pendiri Warung Sastra Diha ini juga aktif sebagai penggiat sastra Komunitas Dialog Jarak Jauh. Diah ikut membacakan puisinya dalam gelar “Peduli Korban Gempa Jogja” di TIM, baru-baru ini.