Memandangmu dari Sisi Benakku
melihatmu dari sisi benakku
diantara cahaya mata terpaku
juga pada redup matamu
temaram siluetmu
di antara celah-celah bidai bambu
membayang samar pada pagar
mengisahkan kedalaman duka
atau rasa rindu yang masih tersisa
memisahkan antara benar dan alpa
dalam jazirah perjalanan luka
engkau berdiri menepi
mungkin itu sebuah isyarat
engkau telah jenuh menanti
atau telah tak ada arti
ribuan jarak yang terlewati
entah apa yang engkau cari
diantara beribu ujung argumentasi
mungkin mempertahankan eksistensi
tak ada warna abu-abu di langit kita
karena Tuan kita hanya memberi
dua warna antara mawar atau melati
yang tertanam pada masing-masing hati
Semarang, 20 November 2010
Bacalah
“bacalah,” begitulah ungkap-Mu yang paling romantis itu dan semua seperti tersihir untuk menyitir dan mengungkapkannya.
lalu kami pun menjadi mahir untuk membaca dan meneriakkannya. namun kami hanya pandai membaca aksara-aksara yang ditulis oleh para tetangga, sedangkan ketika membaca huruf-huruf yang kami gores ke dada sendiri, kami menjadi gagu dan alpa.
Sidomoro, 18 November 2010
Haruskah Engkau
haruskah engkau memenuhi rongga batinku
menyita hampir-hampir seluruh ingatan
menjadikannya seperti sejenis rindu
haruskah engkau mengisi kota hatiku
memenuhi hampir-hampir seluruh ruang kosongnya
dengan baris-baris namamu
ya hanya namamu
teringat olehmu seperti mengenang derita purba sebuah kota
orang-orangnya tertawan berbagai derita dan senjata
lalu tiba-tiba orang-orang itu menjelma menjadi hatiku
sedangkan senjata itu adalah namamu
mungkin juga senyummu
engkau tak kan pernah tahu di mana letak derita
karena aku telah menyimpannya
di dada
Sidomoro, 10 November 2010
Apa Kabar, Pagi?
apa kabar, pagi?
di tengah-tengah hiruk pikuk
debu-debu industri
masih sempat ku dengar
Engkau bernyanyi
pada pokok-pokok dedahan
dan reranting sunyi
Sidomoro, 8 November 2010
Pantun Rindu
patuh dalam didih dadaku
jatuh dalam pedih batinku
menyimak amsal sendu tak diam-diam
gelegak magma rindu tak padam-padam
Sidomoro, 19 November 2010
Angin Pagi
angin pagi menyeret anganku kepadaMu dalam iringan orkesta tubuh yang rapuh.