Mengenal lebih dekat Aryad Indradi

Terbitkan Buku, Digosipkan Jual Tanah
Suroto
http://www.radarbanjarmasin.co.id/

Wajahnya yang renta terlihat sekali ketika Arsyad Indradi berbincang dengan Radar Banjarmasin di rumahnya jalan Pramuka Banjarbaru. Sambil membaca koran Harian Radar Banjarmasin Arsyad Indradi menjawab beberapa pertanyaan wartawan koran ini. Lantas siapakan Aryad Indradi yang dikenal sebagai “Si Penyair Gila” tersebut.

Umurnya sudah berkepala 6, namun semangatnya masih seperti umur 20 tahun. Itulah “Si Penyair Gila” Arsyad Indradi. Salah satu tokoh sastrawan Banjarbaru yang sebentar lagi akan mendapatkan penghargaan dari Gubernur Kalimantan Selatan, Rudy Ariffin di bidang sastra.

Saat radar Banjarmasin menyambangi rumahnya kemarin siang, ternyata yang bersangkutan sedang asik membaca koran Radar Banjarmasin. Sebab sebagai seorang pensiunan pegawai, waktunya lebih banyak berkumpul dan bersantai dengan keluarga di rumah. “Saya sekarang lebih banyak di rumah, membuka internet dan terus intens untuk menulis puisi. Sebab puisi adalah dunia saya, yang akhirnya saya mendapat julukan Si Penyair Gila dari beberpapa penyair Nasional,” terangnya semangat.

Ia mengatakan di sisa hidupnya, akan terus berkarya tanpa mengarapkan apapun. Sebuah penghargaan yang rencananya akan diberikan Gubernur tersebut dianggapnya sebuah rejeki yang didapatnya dari sebuah proses yang panjang.

“Rencana penghargaan tersebut adalah rejeki saya, yang memulai menulis dari masa SMA sekitar tahun 1968. Bahkan itu mungkin juga hadiah dari anggapan orang yang telah mengatakan saya menjual tanah untuk menerbitkan buku. Padahal saya tidak pernah jual tanah,” ujarnya sambil tertawa.

Arsyad mengatkan bahwa sampai saat ini sudah menerbitkan karya-karyanya dalam bentuk buku. Sudah ada 6 judul buku yang khusus memuat sajaknya. Lalu salah satu usahanya yang akhirnya dijuluki penyair gila adalah ketika Arsyad Indradi menerbitkan Antologi 142 Penyair Menuju Bulan.

“Saya menerbitkan buku setebal 400 halaman, yaitu kumpulan penyair nusantara. Semuanya saya kerjakan sendiri dari Layout sampai pada pengiriman kepada semua penyair yang puisinya termuat dalam buku tersebut,” terangnya.

Arsyad juga berpesan kepada generasi muda, agar terus berkarya di tingkat daerah maupun nasional. Ia juga mengharapakan kepada sastrawan banjarbaru yang se angkatan (Hamami Adaby, Eza Tahbri Husano) untuk memberikan ilmunya kepada generasi penerus.***

25 Agustus 2010