Taufiq Wr. Hidayat *
Ada seorang laki-laki dari negeri berpasir
Dicatat sejarah dan terukir namanya di angin desir
Sepanjang zaman dan perubahan
Sejauh peradaban insan
Lahirlah ia dari rahim wanita sederhana, Aminah namanya
Dua bulan di dalam rahim ibunya
Sang bapak meninggal dunia
Lahirlah ia
Yatim dalam pangkuan ibunya
Meminum air susu Tsuaibah dan Halimah Sa’diyah
Enam tahun kanak umurnya
Sang ibu berpulang selamanya
Di bawah asuhan kakeknya, Muthalib tercinta
Delapan tahun kanak usianya, kakek pun tiada
Dalam asuhan Thalib tersayang
Yatim-piatu menggembala domba
Menyendiri di relung sepi
Masa muda, ia seorang saudagar lincah
Berdagang jauh ke negeri-negeri asing
Ada angin berdesing
Lautan pasir
Dan panas yang meranggas
Dua puluh lima tahun usianya
Ia memperistri Khadijah, saudagar kaya yang jelita
Di 30 tahun umurnya
Ia mendamaikan perseteruan antarkabilah
Meletakkan Batu Aswad dengan sehelai kain, yang keempat ujungnya dipegang segala bangsa
Lugu dan jujurnya
Diganjar gelar peradaban sebagai “yang terpercaya”
Dialah laki-laki dari negeri berpasir itu
Orang tidak tahu
Di relung Hira ia menghabiskan sisa waktu
Berpuluh tahun tekun
Hingga batu kasar yg selalu didudukinya itu
Menjadi licin dan halus
Ia menyendiri mengenali jiwanya
Dan berderma senantiasa
40 tahun usianya
Ia kabarkan bahwa dirinya menerima risalah
Tuhan meletakkan firman-Nya di wajahnya yang mulia
Di hidupnya yang agung
Ia pun mengabarkan firman
Bahwa dirinya tak lain sebagai penutup segala nabi
Hidupnya sederhana
Penyantun dan dermawan
Penyayang dan mengasikkan
Dialah laki-laki dari negeri berpasir itu
Yang mengatakan dengan suara bergetar;
“Bukanlah saudaraku dan tidaklah beriman kepada Tuhan, jika seseorang kenyang
Sedang saudaranya lapar
Dan ia mengetahuinya”.
Dia yang berseru tegas;
“Berikanlah upah pada mereka, sebelum kering keringatnya”.
Ia disegani di seluruh jazirah
Membangun peradaban cinta di Madinah
Tapi lihatlah
Rumahnya tak cukup dimasuki empat orang
Tempat tidurnya tak memberi peluang bebas pada kedua kakinya untuk membujur
Kedua kakinya menekuk saat tidur
Untuk berdamai dengan tempat tidurnya yang sangat sempit
Dialah laki-laki dari negeri berpasir yang agung-mulia
Pemimpin segala makhluk
Yang tiap bangsa menghormatinya
Yang semua malaikat bersimpuh di kakinya
Yang peradaban luhur tumbuh dari senyumnya
Tapi lihatlah
Dia tidak pernah makan hingga tiga hari
Sebab, di hari ketiga
Tak ada makanan untuknya
Namun dialah pekerja keras
Yang mengganjal perutnya dengan batu
Laki-laki yang menolak bulan dan bintang yang ditawarkan ke kedua telapak tangannya
Sedang peradaban kita jauh darinya
Kebudayaan kita cuma hiburan
Iman kita pada iklan
Audisi jadi panutan dan pujaan
Kekuasaan disembah-sembah diagungkan
Menjilati kelamin kesombongan
Dan bersenggama dengan hewan
Tapi ingin dimuliakan
Seperti mie instan
Laki-laki dari negeri berpasir itu
Yang berwasiat saat nyawa tiba di dadanya;
“Sembahlah Tuhan Yang Esa,
Dan santunilah yang lemah
Santunilah yang lemah
Santunilah yang lemah…”
Dialah
Laki-laki dari negeri berpasir itu
2015-2020
*) Taufiq Wr. Hidayat dilahirkan di Dusun Sempi, Desa Rogojampi, Kab. Banyuwangi. Taufiq dibesarkan di Desa Wongsorejo Banyuwangi. Menempuh pendidikan di UNEJ pada fakultas Sastra Indonesia. Karya-karyanya yang telah terbit adalah kumpulan puisi “Suluk Rindu” (YMAB, 2003), “Muncar Senjakala” [PSBB (Pusat Studi Budaya Banyuwangi), 2009], kumpulan cerita “Kisah-kisah dari Timur” (PSBB, 2010), “Catatan” (PSBB, 2013), “Sepotong Senja, Sepotong Malam, Sepotong Roti” (PSBB, 2014), “Dan Badut Pun Pasti Berlalu” (PSBB, 2017), “Serat Kiai Sutara” (PSBB, 2018). “Kitab Iblis” (PSBB, 2018), “Agama Para Bajingan” (PSBB, 2019), dan Buku terbarunya “Kitab Kelamin” (PSBB, 2019). Tinggal di Banyuwangi, Sekarang Sebagai Ketua Lesbumi PCNU Banyuwangi.