Sajak-Sajak Mustiar AR

MALAM I

Malam ini
Hujan jatuh
Mekarlah bungaku
Di taman

Ah tubuh ranummu tak jua
Mewangi.

Alun-alun kota, 2020

ADA TIKUS DI NEGERIKU

Di negeriku tikus amat pintar
mengelabui singa
Kemiskinan makin masif

Di trotoar
Orang-orang menunggu waktu
_Pulang

75 tahun kini
merdeka hanya bunga tidur

Anak negeriku.

Meulaboh, Juli 2020

BIARKAN

Biarkan aku
Menyeka peluhmu malam ini kekasih
Kemarilah sepuasnya, lalu

Teguk rindu ini.

Taman, 19 Agustus

INGIN KU

Indonesia baru merdeka ketika
Bebas dari koruptor
Bebas dari kemiskinan penindasan

Merdeka!

Lap Teuku Umar, 17.08.2020

SEDERU RINDU

Semalam bintang jadi saksi
Cerita itu kuhanyutkan ke laut
Jangan diungkit lagi
Sederu rindu kusematkan
Di ranting patah. Aku paham
Jiwa rapuhmu melepuh

Sejerebu telah dipadamkan
Hujan turun berembuk
Agar bara tak makin jalang

Jangan percik lagi.

Indonesia, 07.10.2019

KEPADA RAJA

Ini barangkali surat amat berani
Pandemi adalah tumbal. Yang direkayasa
Menumpuk harta di genangan air mata jelata
Dan menabung empati

Inilah surat jelata itu
Bertanggal istimewa, meraup laba
Di doa ikhlasnya
__ mereka yang lugu

Cron19 adalah teguran-Nya
: kata pak ustad

Di mimbar yang lapuk.

Meulaboh, 07.05.2020

SURAT KEPADA DPR

Katanya wakil rakyat, tapi tak berpihak kepada rakyat
Kepentingan rakyat dinomor duakan
_ kalian mau apa sich

Suara rakyat suara tuhan

Dulu. Kalian mengetuk pintu-pintu itu
Rumah-rumah miskin, harapkan suara

Dulu, kalian berjanji perjuangkan rakyat,
kalian mau apa sich

Kerjanya hanya lukai hati rakyat.

Aceh, 2020

DIA YANG MENCATAT

Jejak diri di riak ombak
pantai Lhok Aroen, mengacak
Mengulum rindu

Kekasih.

25.09.2020


Mustiar AR, penyair kelahiran Meulaboh 15 April 1967, menamatkan sekolah Aliyah Negeri 1 Meulaboh. Karya pertamanya termuat di media SKM Taruna Baru, Medan, berjudul Kutambat Kapal Di Dermagamu (1987), lantas berturun-turun puisinya dimuat di Buletin, baik di daerah pun di tingkat nasional dan internasional. Karyanya diterbitkan bersama dalam Antologi Puisi Seulawah, Sekilas Pintas, Nuansa Dari Pantai Barat Aceh, Putro Pahang, Ziarah Ombak, Eklopedi Aceh, Adat Hikayat dan Sastra Aceh 2008. Antologi Puisi Hitam Putih ialah karya puisi tunggalnya yang masih stensilan yang dikuratori Haji Teuku Ahmad Dadek (1982), tapi buku tersebut hilang dalam pusaran Tsunami yang melanda Aceh dan Nias tahun 2004. Selain menulis puisi, juga berkutat di teater kolosal tahun 1995 pada event “Adat Perkawinan Aceh Barat dan Tewasnya Teuku Umar”. E-mail: onenmbo@gmail.com

Leave a Reply

Bahasa »