TAK ADA PERANG DI PALESTINA
Perang adalah pepohonan tumbang
menggugurkan dahan dan batang
membiarkan dedaunan tumpas
melayang diterjang senapan
dan anak-anak dibesarkan dalam dendam
dan perempuan menangis menyimpan tragedi panjang
Perang mengubah kata jadi pedang
kemanusiaan jadi tanah kuburan
diplomasi jadi amunisi
lalu para pahlawan menjelma monumen dengan
nisan menuliskan sejarah air mata
lalu manusia tak berdosa
menjadi rabuk tanah
tanpa nisan
tercatat dalam buku harian
Tuhan
Di jalur Gaza, di Palestina
Perang adalah pemusnahan bangsa dan kemanusiaan
orang-orang bertumbangan
anak-anak rata digilas senjata
orang tua dan para manula berlarian
dicekik amarah melumatkan
memusnahkan sebuah bangsa
Di jalur Gaza, di Palestina
ada bom dalam tas anak-anak sekolah
terselip di antara lipatan buku dan tangis pilu
membelah papan tulis dan bangku-bangku
hingga mereka tak sempat pulang
karena awan menurunkan hujan peluru
dan tuhan terjepit di antara puing-puing
Di jalur Gaza, di Palestina
bom menggelinding di jalan raya
dan pecah mengantarkan letusan ban
lalu kendaraan tak sempat terjebak kemacetan
karena ambulans berseliweran menghitung jumlah korban
Di jalur Gaza, di Palestina
bom tersangkut di tasbih masjid
tak ada doa para ulama
tak ada suara amin para jamaah
mereka jalan berbaris di belakang para syuhada
dan malaikat sibuk menyediakan
kavling-kavling perumahan di lahan surga
Di jalur Gaza, di Palestina
seorang ibu sibuk di dapur
bayi yang digendongnya lepas
kakek—nenek batal ke panti jompo
dan anak-anak memburu sarapan
yang tak sempat matang
Pagi itu ada tamu tak diundang
datang membawa rudal
Di jalur Gaza, di Palestina
bom dipajang sepanjang mata memandang
di etalase pertokoan
di ruang-ruang kelas
di pelataran pasar swalayan
di tengah kerumunan
di taman kota dan rumah sakit
di rumah-rumah ibadah
Tak ada perang di jalur Gaza
Tak ada perang di Palestina
karena di sana
orang terbiasa mengunyah bom,
menelan rudal, menjamu peluru
dari tanah seberang
yang dikirim raja tega dan para setan
sesuka hati setiap hari
Bojonggede, 31 Desember 2008
MALAM LEBARAN DI JALUR GAZA
Aku terbang ke Gaza pada malam lebaran
desing takbir bergema bergelombang
ingar-bingar ledakan petasan
kembang api menciptakan suar cahaya
kerumun orang-orang di pojok kota
meneriakkan yel-yel kemenangan
sorak-sorai bocah-bocah Palestina
tepuk tangan kaum perempuan di tengah keluarga
dan para pemuda melepaskan senjata
bercanda, bergembira
Tapi, kapan?
Aku terbang ke Gaza pada malam lebaran
gema takbir menjelma teriakan minta tolong
petasan meledak jadi rudal
suar kembang api membakar rumah-rumah
dan kerumun orang pecah dihantam meriam
Aku terbang ke Gaza pada malam lebaran
tak kudengar sorak sorai dan tepuk tangan
cuma isak rintih berkepanjangan
di antara reruntuhan gedung dan bangunan
melengking jerit tangis bocah-bocah
lolong perempuan memanggil tuhan
dan para pemuda memendam dendam
meneriakkan kemarahan
tak ada waktu bercanda
gembira adalah barang mewah
semua sibuk membawa para syuhada
Aku terbang ke Gaza pada malam lebaran
tak ada apa pun
kecuali:
gedung-gedung ambruk menyisakan ceceran darah
rumah-rumah punah menumpahkan air mata
sekolah mengajari nestapa
pasar menawarkan kehancuran
rumah sakit menyimpan khawatir
selebihnya lagi: gelimang mayat-mayat tak berdosa
Aku terbang ke Gaza pada malam lebaran
memandangi tentara Israel
menembaki siapa saja
mencabuti roh para bocah, wanita, dan lansia
di tengah nyawa-nyawa melayang
aku melihat: sorak-sorai dan tepuk tangan
gelak tawa mempermainkan ajal
siapakah mereka
yang menanggalkan hati
dan menggantikannya dengan karat besi!
Aku terbang ke Gaza pada malam lebaran
melihat para dajal bersimaharajalela
Bojonggede, 28 Juli 2014
Maman S. Mahayana, lahir di Cirebon, Jawa Barat, 18 Agustus 1957. Dia salah satu penerima Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (2005). Menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FS UI) tahun 1986, dan sejak itu mengajar di almamaternya yang kini menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI). Tahun 1997 selesai Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Pernah tinggal lama di Seoul, dan menjadi pengajar di Department of Malay-Indonesian Studies, Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea Selatan. Selain mengajar, banyak melakukan penelitian. Beberapa hasil penelitiannya antara lain, “Inventarisasi Ungkapan-Ungkapan Bahasa Indonesia” (LPUI, 1993), “Pencatatan dan Inventarisasi Naskah-Naskah Cirebon” (Anggota Tim Peneliti, LPUI, 1994), dan “Majalah Wanita Awal Abad XX (1908-1928)” (LPUI, 2000).